Teks -- Galatia 6:1-2 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Gal 6:1 - HARUS MEMIMPIN ... DALAM ROH LEMAH LEMBUT.
Nas : Gal 6:1
Kata "memimpin" dalam bahasa Yun. _katartizo_ berarti "memulihkan".
Kata ini dipakai dalam PB untuk membetulkan jaring atau jala (Mat...
Nas : Gal 6:1
Kata "memimpin" dalam bahasa Yun. _katartizo_ berarti "memulihkan". Kata ini dipakai dalam PB untuk membetulkan jaring atau jala (Mat 4:21) atau menyempurnakan watak manusia (2Kor 13:11). Jadi, memulihkan seorang berarti memimpin orang itu kembali kepada pertobatan yang benar dan penyerahan sepenuhnya kepada Kristus dan ajaran-ajaran-Nya. Hal ini mungkin meliputi tindakan disiplin
(lihat cat. --> Mat 13:30)
[atau ref. Mat 13:30]
yang dilaksanakan dengan "lemah lembut".
- 1) Paulus tidak berbicara mengenai dosa-dosa serius yang merusak citra jemaat di hadapan umum (bd. 1Kor 5:5). Dosa-dosa semacam itu mungkin memerlukan tindakan pengucilan sementara dari persekutuan jemaat sebelum dipulihkan kembali (1Kor 5:11).
- 2) Pemulihan yang disebutkan Paulus di sini tidak menunjuk kepada
pemulihan kepada kedudukan pemimpin atau guru dalam gereja. Syarat dan
standar bagi mereka yang ingin melayani dalam kedudukan kependetaan
meliputi lebih daripada keadaan rohani seseorang sekarang ini. Hal ini
menuntut bakti kesetiaan yang tekun terhadap prinsip-prinsip Allah untuk
kebenaran supaya mereka dapat menjadi teladan bagi orang percaya
(1Tim 4:12;
lihat art. SYARAT-SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT).
Full Life: Gal 6:2 - BERTOLONG-TOLONGANLAH MENANGGUNG BEBANMU!
Nas : Gal 6:2
Bertolong-tolongan dalam menanggung beban meliputi menolong orang
yang memerlukan bantuan pada saat kesakitan, kesusahan, dan kesulit...
Nas : Gal 6:2
Bertolong-tolongan dalam menanggung beban meliputi menolong orang yang memerlukan bantuan pada saat kesakitan, kesusahan, dan kesulitan keuangan. Mungkin yang dimaksudkan Paulus adalah sokongan para guru dan misionaris
(lihat cat. --> Gal 6:6;
[atau ref. Gal 6:6]
bd. Rom 15:1; 1Kor 9:14). Saling menanggung beban adalah sifat ilahi (Mazm 55:23; 1Pet 5:7).
BIS -> Gal 6:2
Dalam beberapa naskah kuno tidak ada: supaya.
Jerusalem -> Gal 6:2
Var: dan hendaklah kamu dengan demikian memenuhi...
Ende: Gal 6:1 - Kamu sebagai orang rohani Utjapan ini bertjorak sindiran rasanja, dan dapat
disadur kamu jang menganggap dirimu dihidupi Roh dan lebih kuat, sambil
memandang hina kepada orang ...
Utjapan ini bertjorak sindiran rasanja, dan dapat disadur kamu jang menganggap dirimu dihidupi Roh dan lebih kuat, sambil memandang hina kepada orang jang kebetulan berdosa.
Ende: Gal 6:2 - Beban disini agaknja berarti kelemahan manusiawi, jang memang terasa beban
berat oleh manusia jang djatuh dalam dosa. Tetapi mungkin Paulus maksudkan
segala...
disini agaknja berarti kelemahan manusiawi, jang memang terasa beban berat oleh manusia jang djatuh dalam dosa. Tetapi mungkin Paulus maksudkan segala kesusahan baik rohani maupun djasmani.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Gal 6:1-10
Matthew Henry: Gal 6:1-10 - Kelemahlembutan dalam Menegur; Mawas Diri; Sikap Pikiran yang Rohani dan Kebaikan Hati
Pasal ini terutama terdiri atas dua bagian. Pada bagian pertama, Rasul Paulus memberi kita sejumlah petunjuk yang jelas dan praktis, yang terlebi...
- Pasal ini terutama terdiri atas dua bagian. Pada bagian pertama, Rasul Paulus memberi kita sejumlah petunjuk yang jelas dan praktis, yang terlebih khusus ingin mengajar orang-orang Kristen dalam menjalankan kewajiban satu terhadap yang lain, dan membangun persekutuan orang kudus di dalam kasih (ay. 1-10). Pada bagian kedua, ia menghidupkan kembali tujuan utama dari surat ini, yaitu untuk membentengi jemaat-jemaat di Galatia dari kelicikan guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi, dan meneguhkan mereka dalam kebenaran dan kemerdekaan Injil. Untuk itu Rasul Paulus,
- I. Menggambarkan kepada jemaat Galatia tabiat yang sebenarnya dari guru-guru ini, dan menunjukkan kepada mereka dengan alasan dan tujuan apa guru-guru itu bertindak (ay. 11-14).
- II. Pada sisi lain, ia memperkenalkan mereka dengan sikap dan perilakunya sendiri. Dari kedua hal ini jemaat Galatia bisa dengan mudah melihat betapa tidak beralasannya bagi mereka untuk merendahkan dia, dan jatuh ke dalam cengkeraman guru-guru itu. Lalu ia menutup surat ini dengan berkat yang khidmat.
Kelemahlembutan dalam Menegur; Mawas Diri; Sikap Pikiran yang Rohani dan Kebaikan Hati (6:1-10)
- Dalam pasal sebelumnya, Rasul Paulus menasihati orang-orang Kristen untuk melayani seorang akan yang lain oleh kasih (ay. 13), dan juga memperingatkan kita (ay. 16) terhadap sikap yang, jika dibiarkan, akan menghalangi kita dalam menunjukkan kasih dan pelayanan satu sama lain yang sudah dianjurkannya. Dalam permulaan pasal ini, ia melanjutkan memberikan beberapa petunjuk lebih jauh, yang jika dipatuhi sebagaimana mestinya akan mendorong kita untuk melayani satu sama lain, dan mencegah sikap yang menghalanginya. Itu juga akan membuat perilaku kita lebih sesuai dengan iman Kristen yang kita akui, dan lebih berguna serta menghibur satu sama lain. Khususnya,
- I. Di sini kita diajar untuk bersikap lembut terhadap mereka yang kedapatan melakukan suatu pelanggaran (ay. 1). Rasul Paulus menyodorkan contoh yang biasa terjadi: kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, yaitu berbuat dosa karena godaan yang datang secara mengejutkan. Kedapatan melakukan suatu pelanggaran dengan sengaja dan terencana, dan karena tekad bulat untuk berbuat dosa, merupakan suatu hal, dan kedapatan terjerumus ke dalam pelanggaran itu karena bukan direncanakan merupakan suatu hal yang lain lagi. Terjerumus ke dalam pelanggaran inilah yang dibicarakan di sini, dan dalam hal ini Rasul Paulus menunjukkan bahwa yang harus ditunjukkan adalah sikap yang sangat lembut. Kamu yang rohani, yang dimaksudkan di sini bukan hanya hamba-hamba Tuhan (seolah-olah hanya mereka saja yang bisa disebut sebagai orang-orang rohani), melainkan juga orang-orang Kristen lain, terutama yang lebih dewasa dalam hidup Kekristenannya. Mereka ini harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut. Di sini amatilah,
- 1. Kewajiban yang dianjurkan kepada kita, yaitu memimpin orang-orang yang terjerumus seperti itu. Kita harus berusaha, dengan senantiasa memberikan teguran dan nasihat-nasihat yang tepat pada tempat dan waktunya, untuk membuat mereka bertobat. Kata dalam bahasa aslinya, katartizete, berarti meluruskan tulang sendi, seperti pada tulang yang terkilir. Demikian pula halnya, kita harus berusaha meluruskan mereka lagi, menyadarkan mereka, dengan menginsafkan mereka akan dosa dan kesalahan mereka, dan mengajak mereka kembali pada kewajiban mereka. Dan bila mereka sudah bertobat, kita harus menghibur mereka dengan belas kasihan yang mau mengampuni, dan setelah mereka kembali, kita harus meneguhkan kasih kita kepada mereka.
- 2. Cara untuk melakukan ini: Dalam roh lemah lembut. Bukan dengan murka dan amarah, seperti orang yang bersuka atas kejatuhan saudaranya, melainkan dengan kelemahlembutan, seperti orang yang justru berduka untuknya. Banyak teguran yang diperlukan tidak membawa hasil karena disampaikan dengan amarah. Tetapi apabila teguran-teguran itu disampaikan dengan tenang dan lembut, dan tampak keluar dari kasih sayang dan kepedulian yang tulus akan kebaikan orang-orang yang diberi nasihat, maka ada kemungkinan teguran itu berdampak sebagaimana semestinya.
- 3. Alasan yang sangat baik mengapa teguran ini harus disampaikan dalam roh lemah lembut: Sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. Kita harus berlaku sangat lembut terhadap orang-orang yang terjerumus ke dalam dosa, karena tak seorang pun dari kita yang tahu kalau suatu saat itu terjadi pada diri kita sendiri. Bisa jadi kita sendirilah yang akan dicoba, dan bahkan terjerumus ke dalam pencobaan. Oleh karena itu, jika kita menjaga diri kita sendiri dengan benar, maka ini akan mendorong kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin orang lain memperlakukan kita dalam keadaan itu.
- II. Di sini kita diperintahkan untuk bertolong-tolongan menanggung beban (ay. 2). Ini bisa merujuk pada apa yang dikatakan sebelumnya, dan dengan demikian mengajar kita untuk melatih kesabaran dan belas kasihan satu terhadap yang lain, dalam segala kelemahan, kebodohan, dan kekhilafan yang begitu sering menghinggapi kita. Juga, bahwa walaupun kita tidak boleh sepenuhnya mengabaikan semua kesalahan itu, kita tidak boleh bersikap keras satu sama lain karenanya. Atau ini bisa merujuk pada patokan yang lebih umum, dan dengan demikian mengajak kita untuk berbela rasa satu sama lain di bawah berbagai macam pencobaan dan permasalahan yang mungkin kita hadapi, dan untuk siap saling memberikan penghiburan dan nasihat, bantuan dan pertolongan, sebagaimana keadaan menuntutnya. Untuk menggugah kita melakukan ini, Rasul Paulus menambahkan, dengan cara memberikan dorongan, bahwa dengan begitu kita memenuhi hukum Kristus. Ini berarti bertindak sesuai dengan hukum perintah-Nya, yaitu hukum kasih, dan ini mewajibkan kita untuk saling bersabar dan mengampuni, saling berbela rasa dan berbelas kasihan satu sama lain. Itu juga sesuai dengan teladan-Nya, yang berlaku sebagai hukum bagi kita. Ia menanggung kelemahan dan kebodohan kita, Ia turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Dan karena itu ada alasan baik mengapa kita harus menjaga sikap ini satu terhadap yang lain. Perhatikanlah, walaupun sebagai orang-orang Kristen kita dibebaskan dari hukum Musa, namun kita berada di bawah hukum Kristus. Dan karena itu, daripada menimpakan beban-beban yang tidak penting pada orang lain (seperti yang dilakukan oleh mereka yang mendesakkan pelaksanaan hukum Musa), jauh lebih patut bagi kita untuk memenuhi hukum Kristus dengan menanggung beban satu sama lain. Karena Rasul Paulus sadar bagaimana kesombongan akan menjadi halangan besar bagi kerendahan hati dan bela rasa satu sama lain seperti yang sudah dianjurkannya, dan bagaimana keangkuhan diri akan mencondongkan kita untuk mencela dan mengutuk saudara-saudara kita, bukan menanggung kelemahan-kelemahan mereka dan berusaha memulihkan mereka apabila terjerumus dalam kesalahan, maka ia (ay. 3) ambil peduli untuk memperingatkan kita terhadap hal ini. Menurutnya sangat mungkin (dan suatu hal yang baik kalau itu tidak terlalu sering dilakukan) bagi seseorang untuk menyangka dirinya berarti, yaitu senang menganggap dirinya sudah berkecukupan, memandang diri lebih bijak dan lebih baik dari orang lain, dan pantas mengatur-ngatur dan memerintah mereka, namun padahal sebenarnya ia bukan apa-apa, tidak ada arti atau keteguhan dalam dirinya, atau sesuatu yang bisa menjadi dasar bagi dia untuk merasa percaya diri dan unggul seperti yang disangkanya. Supaya kita tidak membuka diri pada sikap ini, Rasul Paulus memberi tahu kita bahwa orang seperti itu hanya menipu diri. Sementara ia memberi kesan bagus pada diri orang lain, dengan mengaku-ngaku mempunyai apa yang tidak dipunyainya, ia sebenarnya menipu diri sendiri, dan cepat atau lambat ia akan merasakan akibat-akibat yang menyedihkan darinya. Sikap ini tidak akan pernah membuat dia dihargai, entah oleh Allah atau manusia, yang sangat dinanti-nantikannya. Ia sama sekali tidak bebas dari kesalahan-kesalahan, dan tidak akan menjadi lebih aman dari godaan-godaan walaupun sangkanya ia mampu sendiri untuk menghadapinya. Sebaliknya, ia justru akan lebih mudah jatuh ke dalam godaan, dan termakan olehnya. Sebab, siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! Oleh karena itu, daripada memanjakan kecondongan hati yang sombong seperti itu, yang akan merusak kasih dan kebaikan yang harus kita berikan kepada sesama orang Kristen maupun menyakiti diri kita sendiri, akan jauh lebih baik bagi kita untuk menerima anjuran Rasul Paulus (Flp. 2:3), janganlah mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. Perhatikanlah, menyombongkan diri hanyalah menipu diri. Selain tidak sesuai dengan kasih yang harus kita berikan kepada orang lain (sebab kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong, 1Kor. 13:4), menyombongkan diri juga berarti menipu diri. Dan tidak ada tipuan yang lebih berbahaya di dunia ini daripada menipu diri sendiri. Sebagai jalan untuk mencegah kejahatan ini,
- III. Tiap-tiap dari kita dianjurkan untuk menguji pekerjaan kita sendiri (ay. 4). Yang terutama dimaksudkan dengan pekerjaan kita sendiri adalah perbuatan atau perilaku kita. Rasul Paulus meminta kita untuk menguji hal ini, yaitu memeriksanya secara sungguh-sungguh dan adil sesuai patokan firman Allah, untuk melihat apakah semua itu sesuai dengan firman Allah, dan karena itu berkenan pada Allah dan hati nurani. Ini digambarkannya sebagai kewajiban setiap orang. Daripada cepat-cepat menghakimi dan mencela orang lain, jauh lebih patut bagi kita untuk menyelidiki dan menguji jalan-jalan kita sendiri. Yang harus lebih kita perhatikan ada di rumah, bukan di luar, ada dalam diri kita sendiri, bukan diri orang lain, sebab siapakah kita, sehingga kita menghakimi hamba orang lain? Dengan menghubungkan nasihat ini dengan apa yang dikatakan sebelumnya, tampak bahwa jika orang-orang Kristen melakukan pekerjaan ini dengan semestinya, mereka akan mudah menemukan kekurangan dan kegagalan dalam diri mereka sendiri, yang akan segera menginsafkan mereka betapa sedikit alasan bagi mereka untuk menyombongkan diri atau bersikap keras dalam mencela orang lain. Dengan demikian, ini memberi kita kesempatan untuk mengamati bahwa jalan terbaik untuk mencegah supaya kita tidak menyombongkan diri adalah dengan menguji diri kita sendiri. Semakin kita mengenal hati dan jalan kita sendiri, semakin kita tidak mau merendahkan orang lain, dan semakin ingin berbelas kasihan dan membantu orang lain dalam segala kelemahan dan penderitaan mereka. Supaya kita mau menjalankan kewajiban yang penting dan bermanfaat ini, yaitu menguji pekerjaan kita sendiri, Rasul Paulus menegaskan dua pertimbangan yang sangat layak untuk itu:
- 1. Ini adalah jalan supaya kita dapat bermegah melihat keadaan kita sendiri. Jika kita sungguh berusaha untuk menguji pekerjaan kita sendiri, dan, ketika diuji, kita bisa membuktikan diri kita berkenan kepada Allah, bahwa kita tulus dan lurus hati di hadapan-Nya, maka kita boleh berharap akan mendapat penghiburan dan kedamaian dalam jiwa kita sendiri, dan pada saat yang sama suara hati kita pun memberi kesaksian kepada kita (2Kor. 1:12). Ia menunjukkan, bahwa ini akan menjadi alasan yang jauh lebih baik bagi kita untuk bersukacita dan merasa puas daripada bermegah melihat keadaan orang lain, entah karena mereka berpikiran baik tentang kita atau karena kita berhasil membuat mereka menyetujui pendapat kita. Inilah yang cenderung dimegahkan oleh guru-guru palsu itu (seperti yang kita lihat dalam ayat 13). Atau dengan membandingkan diri dengan orang lain, seperti yang tampak dilakukan sebagian orang, mereka langsung menyangka diri mereka sendiri baik, karena mereka pikir diri mereka tidak seburuk orang lain. Terlalu banyak orang cenderung menilai diri berdasarkan hal-hal seperti itu. Tetapi sukacita yang dihasilkan dengan cara demikian tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sukacita yang timbul dari menguji diri kita sendiri secara adil sesuai patokan firman Allah, dan dengan begitu bisa membuktikan diri kita berkenan kepada-Nya. Perhatikanlah,
- (1) Walaupun dalam diri kita tidak ada yang bisa kita megahkan, namun ada yang bisa membuat kita bersuka dalam diri kita sendiri. Perbuatan-perbuatan kita tidak memiliki jasa apa-apa di tangan Allah. Akan tetapi, jika suara hati kita bisa bersaksi kepada kita bahwa perbuatan kita berkenan dan diterima oleh-Nya demi Kristus, maka ada alasan yang baik bagi kita untuk bersukacita di dalamnya.
- (2) Jalan yang benar untuk bermegah melihat keadaan kita sendiri adalah dengan banyak-banyak menguji pekerjaan kita sendiri, dengan menyelidiki diri kita menurut patokan firman Allah yang tak pernah keliru, bukan menurut ukuran-ukuran palsu yang mengukur seperti apa orang lain, atau apa yang orang lain pikirkan tentang kita.
- (3) Jauh lebih baik mempunyai alasan untuk bermegah melihat keadaan kita sendiri daripada melihat keadaan orang lain. Jika suara hati kita bersaksi bahwa kita berkenan pada Allah, kita tidak perlu repot-repot memikirkan apa yang dipikirkan atau dikatakan orang lain tentang kita. Bila kita memiliki kesaksian suara hati ini, maka pendapat baik orang lain mengenai diri kita tidak banyak artinya bagi kita.
- 2. Alasan lain yang dipakai Rasul Paulus untuk menekankan kepada kita kewajiban menguji pekerjaan sendiri ini adalah bahwa tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri (ay. 5). Artinya, pada hari penghakiman agung, setiap orang akan diadili sesuai dengan perilakunya selama berada di dunia sini. Ia memandang adanya suatu hari yang akan datang ketika kita semua harus mempertanggungjawabkan diri kita kepada Allah. Dan ia menyatakan bahwa pada waktu itu penghakiman akan berjalan, dan hukuman dijatuhkan, bukan menurut apa yang dipikirkan dunia tentang kita, atau pendapat kita yang tidak berdasar tentang diri kita sendiri, atau apakah perilaku kita lebih baik atau lebih buruk dari orang lain, melainkan menurut keadaan dan perilaku kita yang sesungguhnya di hadapan Allah. Dan, jika ada saat mengerikan yang akan datang, ketika Ia membalas setiap orang menurut perbuatannya, maka pastilah ada alasan yang sangat kuat mengapa kita harus menguji pekerjaan kita sendiri sekarang. Jika sudah pasti kita akan dipanggil untuk bertanggung jawab di kehidupan nanti, maka pasti kita harus sering memanggil diri kita sendiri untuk bertanggung jawab di sini, untuk melihat apakah kita termasuk orang yang akan diakui dan berkenan pada Allah nanti. Dan, karena ini merupakan kewajiban kita, maka jika itu harus kita lakukan, maka yang lebih menjadi pekerjaan kita adalah memikirkan apa yang lebih patut tentang diri kita sendiri maupun tentang sesama orang Kristen. Dan daripada berlaku keras satu terhadap yang lain, karena kesalahan atau kegagalan apa saja yang kita lakukan, lebih baik kita menetapkan hati untuk senantiasa memenuhi hukum Kristus itu, yang dengannya kita akan dihakimi dalam menanggung beban satu sama lain.
- IV. Orang-orang Kristen di sini dinasihati untuk bersikap murah hati dan royal dalam mengurusi hamba-hamba Tuhan (ay. 6): Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Di sini, kita bisa amati,
- 1. Rasul Paulus membicarakannya sebagai suatu hal yang sudah diketahui dan diakui bahwa, sebagaimana ada sebagian orang yang diajar, demikian pula ada sebagian lain yang ditunjuk untuk mengajar. Tugas melayani adalah suatu ketetapan ilahi, yang tidak terbuka bagi semua orang, tetapi terbatas hanya pada mereka yang oleh Allah dibuat memenuhi syarat dan dipanggil untuk itu. Bahkan akal sendiri membimbing kita untuk membedakan antara pengajar dan yang diajar (sebab, kalau semuanya guru, siapa yang akan diajar?), dan Kitab Suci menyatakan dengan cukup bahwa sudah menjadi kehendak Allah kita harus membedakannya.
- 2. Firman Allahlah yang hamba-hamba Tuhan harus pergunakan untuk mengajar dan mendidik orang lain. Apa yang harus mereka beritakan adalah firman (2Tim. 4:2). Apa yang harus mereka nyatakan adalah maksud Allah (Kis. 20:27). Mereka bukan tuan yang memerintahkan apa yang harus kita percayai, melainkan orang-orang yang turut bekerja untuk sukacita kita (2Kor. 1:24). Firman Allahlah satu-satunya patokan iman dan hidup. Inilah yang perlu mereka pelajari, mereka buka, dan mereka kembangkan untuk membangun orang lain. Tetapi mereka hanya boleh didengarkan sejauh mereka berbicara sesuai dengan patokan ini.
- 3. Orang-orang yang diajar firman wajib menyokong hidup guru-guru yang ditunjuk untuk mengajar mereka. Sebab mereka harus membagi segala sesuatu yang ada pada mereka dengan orang yang memberikan pengajaran itu, harus menyumbangkan dengan hati yang bebas dan riang, dari hal-hal baik yang dengannya Allah sudah memberkati mereka, yaitu apa yang diperlukan untuk kebutuhan hidup yang memadai guru-guru itu. Hamba-hamba Tuhan harus bertekun dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar (1Tim. 4:13). Mereka tidak boleh memusingkan diri mereka dengan soal-soal penghidupan mereka (2Tim. 2:4), dan karena itu pantas dan wajar jika mereka yang telah menaburkan benih rohani bagi orang lain, menuai hasil duniawi dari orang lain. Dan ini merupakan ketetapan Allah sendiri. Sebab sebagaimana di bawah hukum Taurat mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu, demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu (1Kor. 9:11, 13-14).
- V. Di sini ada peringatan untuk berjaga-jaga supaya kita tidak mempermainkan Allah, atau menipu diri kita sendiri, dengan membayangkan bahwa Allah bisa ditipu hanya dengan berpura-pura atau mengaku-ngaku (ay. 7): Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Ini bisa dipandang sebagai merujuk pada nasihat sebelumnya, dan dengan demikian maksudnya adalah untuk meyakinkan orang akan dosa dan kebodohan mereka jika mereka mencoba membuat-buat alasan untuk tidak menjalankan kewajiban menyokong kebutuhan hidup hamba-hamba Tuhan. Atau ini bisa dipahami secara lebih umum, menyangkut masalah menghormati agama secara keseluruhan, dan dengan demikian dimaksudkan untuk mengajak orang supaya tidak menyuburkan harapan yang sia-sia untuk menikmati imbalan-imbalan dari agama sementara mereka hidup dengan mengabaikan kewajiban-kewajibannya. Rasul Paulus di sini berpikir bahwa banyak orang cenderung membuat-buat alasan untuk tidak menjalankan perintah agama, terutama bagian-bagian yang lebih menuntut penyangkalan diri dan pengorbanan, meskipun pada saat yang sama mereka mungkin memperlihatkan diri beragama dan mengaku beragama. Tetapi ia meyakinkan mereka bahwa ini jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri (KJV: jalan ini adalah kebodohan mereka – pen.), sebab, walaupun dengan berbuat begitu mereka bisa saja mengelabui orang lain, namun mereka sebenarnya hanya menipu diri sendiri kalau mereka berpikir bisa mengelabui Allah juga, yang dengan sempurna mengenal hati dan juga perbuatan mereka. Dan, sebagaimana Allah tidak bisa ditipu, demikian pula Ia tidak mau dipermainkan. Oleh karena itu, untuk mencegah hal ini, Rasul Paulus mengarahkan kita untuk menetapkan sebagai patokan kita sendiri, apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Atau sesuai kelakuan kita sekarang, demikianlah pertanggungjawaban kita nanti di hari yang agung. Saat sekarang adalah saat menabur benih. Di dunia lain akan ada panen besar. Dan, sebagaimana petani menuai pada waktu panen sesuai dengan benih yang ditaburnya, demikian pula kita akan menuai nanti sesuai dengan apa yang kita tabur sekarang. Lebih jauh lagi Rasul Paulus memberi tahu kita (ay. 8) bahwa, sebagaimana ada dua macam benih, yaitu menabur dalam daging dan menabur dalam Roh, demikian pula dengan balasannya nanti di akhirat: Jika kita menabur dalam daging kita, kita akan menuai kebinasaan dari daging kita. Jika kita menabur angin, kita akan menuai badai. Orang-orang yang hidup dalam kedagingan, yang bukannya bertindak demi kehormatan Allah dan kebaikan orang lain, malah menghabiskan segenap pikiran, perhatian, dan waktu mereka untuk memuaskan daging, harus bersiap-siap memetik buah dari jalan itu, yang tiada lain adalah kebinasaan. Kepuasan yang tidak berharga dan sebentar pada saat ini, akan menghasilkan kehancuran dan kesengsaraan pada ujungnya. Akan tetapi, pada sisi lain, barangsiapa menabur dalam Roh, yang hidup kudus dan rohani di bawah bimbingan dan kuasa Roh, dengan mengabdi pada Allah dan berguna serta melayani sesama, ia boleh yakin bahwa ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Mereka akan mendapatkan penghiburan yang sesungguhnya di jalan mereka saat ini, dan hidup serta kebahagiaan kekal pada ujungnya. Perhatikanlah, orang yang mempermainkan Allah hanyalah menipu diri sendiri. Kemunafikan dalam agama adalah kebodohan dan juga kefasikan terbesar, karena Allah yang harus kita hadapi itu dengan mudah melihat segala hal yang kita samarkan, dan pasti akan mengadakan perhitungan dengan kita nanti, bukan menurut apa yang kita akui, melainkan menurut apa yang kita lakukan.
- VI. Di sini ada peringatan lagi untuk kita, supaya jangan jemu-jemu berbuat baik (ay. 9). Sebagaimana kita tidak boleh mencari-cari alasan untuk tidak melakukan apa saja yang menjadi bagian dari kewajiban kita, demikian pula kita tidak boleh jemu-jemu dalam melakukannya. Dalam diri kita semua ada kecenderungan yang begitu besar untuk merasa jemu. Kita cenderung letih dan lesu dalam menjalankan kewajiban, bahkan kemudian meninggalkannya sama sekali, khususnya bagian yang diperhatikan Rasul Paulus secara khusus di sini, yaitu berbuat baik kepada orang lain. Oleh sebab itu, ia mau supaya kita betul-betul waspada dan berjaga-jaga terhadap hal ini. Dan ia memberikan alasan yang sangat baik untuk itu, yaitu karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Di sini ia meyakinkan kita bahwa ada upah yang disediakan bagi semua orang yang dengan tulus menyediakan dirinya untuk berbuat baik. Bahwa upah ini pasti akan diberikan kepada kita pada waktunya, yaitu jika bukan di dunia ini, tidak diragukan lagi di dunia nanti, asalkan kita tidak menjadi lemah dalam menjalankan kewajiban kita. Jika kita menjadi jemu berbuat baik, dan undur darinya, kita tidak hanya akan kehilangan upah ini, tetapi juga penghiburan dan keuntungan dari apa yang sudah kita lakukan. Sebaliknya, jika kita tetap bersiteguh berbuat baik, walaupun ditunda, upah kita pasti akan tiba, dan upah itu akan begitu besar sehingga kita mendapat balasan yang berlimpah ruah atas segala ketabahan dan kesetiaan kita. Perhatikanlah, kita berhikmat dan memenuhi kepentingan serta kewajiban kita, jika kita bertekun dalam berbuat baik, sebab hanya untuk ketekunan inilah upah dijanjikan.
- VII. Di sini ada nasihat bagi semua orang Kristen untuk berbuat baik di tempat mereka masing-masing (ay. 10): Selama masih ada kesempatan bagi kita, dan seterusnya. Bersikap baik terhadap orang lain saja tidak cukup, kalau kita mau membuktikan diri sebagai orang Kristen sejati. Kewajiban yang dianjurkan kepada kita di sini sama dengan yang dibicarakan dalam ayat 1-10. Dan, sebagaimana sebelumnya Rasul Paulus menasihati kita untuk bersikap tulus dan bertekun dalam menjalankan kewajiban, demikian pula di sini ia memberi kita petunjuk terhadap siapa kita harus menjalankan kewajiban ini dan apa patokannya.
- 1. Secara lebih umum, kewajiban ini harus dilakukan terhadap semua orang. Kita tidak boleh membatasi kasih dan kebaikan hati kita terlalu sempit, seperti yang cenderung dilakukan orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen Yahudi. Sebaliknya, kita harus siap memperluas kewajiban tersebut kepada semua orang yang ikut ambil bagian dalam sifat yang sama dengan kita, sejauh kita mampu dan sejauh mereka membutuhkan kita. Akan tetapi, dalam menjalankannya, kita harus terutama memperhatikan saudara-saudara seiman, atau mereka yang mengakui iman yang sama, dan sesama anggota tubuh Kristus. Meskipun orang lain tidak boleh dikesampingkan, namun mereka inilah yang harus lebih diutamakan. Kasih orang-orang Kristen haruslah luas. Akan tetapi, di dalamnya perhatian yang khusus harus diberikan kepada orang-orang baik. Allah berbuat baik kepada semua, tetapi dengan cara yang khusus Dia baik kepada hamba-hamba-Nya sendiri. Dan dalam berbuat baik, kita harus menjadi penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih.
- 2. Patokan yang harus kita pakai dalam berbuat baik kepada orang lain adalah selama masih ada kesempatan, yang menyiratkan,
- (1) Bahwa kita harus memastikan untuk melakukannya selama ada kesempatan, atau selama kita hidup, yang merupakan satu-satunya kesempatan di mana kita bisa berbuat baik kepada orang lain. Oleh sebab itu, kalau kita mau berlaku benar dalam hal ini, kita tidak boleh, seperti yang dilakukan banyak orang, mengabaikannya ketika kita hidup, dan menundanya sampai sebelum kita mati, dengan dalih bahwa pekerjaan seperti ini sebaiknya dilakukan nanti saja. Sebab, sebagaimana kita tidak tahu pasti apakah kita akan diberi kesempatan nanti, demikian pula, kalau diberi kesempatan, kita tidak punya alasan untuk berharap bahwa apa yang akan kita lakukan pada waktu itu berkenan pada Allah. Apalagi kita berharap bisa menebus kelalaian-kelalaian kita di masa lalu dengan meninggalkan sesuatu demi kebaikan orang lain, padahal kita tidak bisa lagi menjaganya untuk diri kita sendiri. Sebaliknya, kita harus berusaha berbuat baik selama kita hidup, bahkan menjadikannya sebagai pekerjaan dalam hidup kita. Dan,
- (2) Bahwa kita harus siap memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik. Kita tidak boleh berpuas diri karena sudah melakukan suatu kebaikan. Sebaliknya, apabila kesempatan-kesempatan baru datang, sejauh kita mampu, kita harus siap mengambilnya, sebab kita diminta untuk memberikan bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang (Pkh. 11:2). Perhatikanlah,
- [1] Sebagaimana Allah sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk berbuat baik kepada orang lain, demikian pula Ia ambil peduli dalam pemeliharaan-Nya untuk memperlengkapi kita dengan kesempatan-kesempatan untuk melakukannya. Orang-orang miskin selalu ada padamu (Mat. 26:11).
- [2] Apabila Allah memberi kita kesempatan untuk berguna bagi orang lain, Ia berharap supaya kita memanfaatkan kesempatan itu, menurut kesanggupan dan kemampuan kita.
- [3] Kita memerlukan hikmat dan kebijaksanaan ilahi untuk membimbing kita dalam menjalankan perbuatan kasih atau kebaikan, khususnya dalam memilih siapa yang pantas mendapatkannya. Sebab, walau tak seorang pun boleh diabaikan sepenuhnya jika ia membutuhkan kita, namun ada pembedaan antara sebagian orang dan sebagian yang lain.
SH: Gal 6:1-10 - Kepedulian terhadap yang lemah (Sabtu, 18 Juni 2005) Kepedulian terhadap yang lemah
Teguran Paulus yang keras terhadap penyimpangan yang terjadi di
jemaat Galatia pasti akan menghasilkan respons ya...
Kepedulian terhadap yang lemah
Teguran Paulus yang keras terhadap penyimpangan yang terjadi di
jemaat Galatia pasti akan menghasilkan respons yang beragam. Ada
yang disadarkan akan kesalahannya, berdukacita, dan hendak
bertobat. Ada pula kelompok orang yang tidak jatuh ke dalam
kesalahan tersebut, namun memakai surat Paulus ini untuk
menghakimi kelompok mereka yang sudah tersesat.
Paulus tidak ingin ada orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain. Justru orang yang tidak jatuh karena rohaninya kuat harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh. Sikap kristiani itu adalah ujud kualitas kekristenan sejati. Pertama, ia tidak akan menghakimi saudara yang sedang jatuh, sebaliknya ia akan mengampuni dan mengangkatnya (ayat 1). Ini adalah sikap yang meneladani Kristus. Kedua, ia menyadari diri juga lemah dan bisa jatuh sehingga akan selalu berjaga-jaga agar tidak jatuh (ayat 3). Dengan kesadaran seperti itu, terbangunlah sikap saling menolong di antara sesama anak Tuhan (ayat 2). Ketiga, ia tidak menilai diri dengan memakai standar manusia melainkan standar Firman (ayat 4-5). Keempat, ia akan rendah hati menerima teguran firman karena kesalahannya dan bersikap hormat kepada yang menegur dengan kasih (ayat 6). Paulus juga terus mendorong supaya orang yang jatuh cepat bertobat karena Allah tidak dapat dipermainkan (ayat 7-8). Akhirnya, Paulus juga menasihati jemaat Galatia agar terus menerus mewujudkan karakter ilahi mereka dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan menjadi berkat (ayat 9-10).
Gereja seharusnya menjadi wadah kasih persaudaraan diwujudkan. Ada teguran atas kesalahan, ada pertobatan dari kesalahan yang dilakukan, ada pengampunan untuk orang yang bertobat, dan ada hormat kepada orang yang menegur. Semua itu harus dilandaskan atas kasih Tuhan. Jangan menunggu orang lain, mulailah dari diri Anda.
Renungkan: Orang yang suka menolong banyak sahabatnya, dan para pengampun berlimpah saudaranya.
SH: Gal 6:1-10 - Persekutuan anggota tubuh Kristus (Jumat, 2 September 2011) Persekutuan anggota tubuh Kristus
Kesatuan orang percaya bagaikan kesatuan sebuah keluarga. Ada berbagai unsur di dalamnya yang berinteraksi dan menc...
Persekutuan anggota tubuh Kristus
Kesatuan orang percaya bagaikan kesatuan sebuah keluarga. Ada berbagai unsur di dalamnya yang berinteraksi dan menciptakan berbagai suasana: sukacita, saling membangun, saling mengasihi.
Dari surat Paulus, kita dapat melihat setidaknya ada 2 unsur dalam jemaat Galatia yaitu mereka yang rohani dan mereka yang masih butuh bimbingan, yaitu yang masih mudah jatuh ke dalam dosa. Lalu siapa yang harus menolong mereka? Yaitu mereka, yang dapat dikatakan dewasa dalam kerohanian dan pengetahuan iman, bijaksana, serta berhikmat. Mereka bertanggung jawab untuk memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut (1). Walau demikian, bukan berarti bahwa mereka yang rohani sudah kebal dari berbagai kemungkinan untuk jatuh ke dalam dosa. Sebab itu Paulus menasihati agar mereka juga waspada sehingga tidak ikut jatuh. Di sisi lain, orang yang rohani tidak boleh membanggakan diri karena sudah mampu membimbing orang lain (4-5). Juga tidak boleh menghakimi karena kelemahan orang yang mereka layani. Sebaliknya mereka harus sadar bahwa merupakan kehendak Tuhanlah bila mereka menolong sesama saudara seiman (3). Sebab itu mereka harus memusatkan diri pada tanggung jawab pribadi di hadapan Allah, yaitu pada karya Allah di dalam dan melalui diri mereka. Lalu sebagai timbal balik, mereka yang menerima pelayanan harus berbagi dengan orang yang telah melayani mereka (6).
Isi surat Paulus ini membuat kita harus menengok ulang kehidupan gereja kita. Ketika ada orang yang jatuh ke dalam dosa, mana yang lebih banyak: orang yang menyalahkan dan mencemooh atau yang menolong? Seharusnya kita yang rohani membimbing orang yang jatuh ke dalam dosa agar ia kembali berdiri tegak di dalam iman. Mereka yang merasa dekat dengan Tuhan seharusnya berkerinduan untuk memulihkan dan mendoakan orang yang tersandung dosa dan bukan malah menuding. Begitulah seharusnya persekutuan sesama anggota tubuh Kristus, saling menanggung beban satu sama lain dan peduli terhadap anggota yang sedang mengalami malfungsi.
SH: Gal 6:1-10 - Perlindungan Allah bagi Orang Benar (Kamis, 19 September 2019) Perlindungan Allah bagi Orang Benar
Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Pedoman ini juga berlaku dalam hal pertumbuhan rohani kita sebagai seo...
Perlindungan Allah bagi Orang Benar
Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Pedoman ini juga berlaku dalam hal pertumbuhan rohani kita sebagai seorang Kristen. Tanpa kehadiran dan peran orang Kristen lain, iman kita tidak akan bertumbuh.
Dalam bagian ini, Paulus mengingatkan jemaat agar menjaga diri supaya tidak jatuh dalam pencobaan (1). Di samping itu, mereka juga harus hidup saling memperhatikan dan saling menolong. Nasihat memperhatikan saudara seiman tidak bertujuan untuk menghakimi atau menegur dengan kasar.
Menurut Paulus, memperhatikan berarti menuntun kalau ada saudara seiman yang melakukan pelanggaran. Ia harus dibimbing dengan kasih dan kelembutan. Cara memperhatikan bisa juga dilakukan dengan saling mengingatkan dan saling menolong (2). Jika sudah dilakukan, maka hidup mereka sebagai anak-anak Tuhan senantiasa sepadan dengan firman Tuhan.
Sikap demikian juga seharusnya kita lakukan di dalam hidup bersama dengan saudara seiman. Kita harus saling memperhatikan, saling menegur, saling mengingatkan, dan saling menolong dalam menanggung beban. Karena tidak ada seorang pun yang lebih kuat daripada yang lain. Adakalanya orang lain lemah dan kita harus menolong. Adakalanya kita lemah dan membutuhkan dukungan saudara yang lain.
Jangan sampai kita merasa paling rohani dan benar sehingga menegur dengan arogan. Kita juga jangan tidak acuh sehingga tidak mau tahu, apalagi menolong. Dengan rendah hati dan lemah lembut kita menegur saudara yang jatuh sembari terus mawas diri agar tidak terjatuh dalam dosa.
Saat jatuh ke dalam dosa, kita wajib membuka diri terhadap teguran dari saudara seiman karena kita pun tidak luput dari berbagai kelemahan.
Adakah saudara seiman kita yang membutuhkan teguran atau dukungan kita hari ini? Marilah dengan lembut dan rendah hati kita jangkau mereka kembali.
Doa: Tuhan, ajari kami bahasa kasih-Mu agar kami bisa hidup saling menolong. [ST]
Utley -> Gal 6:1-5
Utley: Gal 6:1-5 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 6:1-51 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 6:1-5
1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. 2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. 3 Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. 4 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. 5 Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.
Gal 6:1 "kalaupun" Ini mengantar sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang berarti tindakan potensial, yang mungkin.
□ "kalaupun seorang kedapatan" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE SUBJUNCTIVE. Secara harfiah "terkejut" (lih. karya William D. Mounce Kamus Analitis pada Perjanjian Baru Yunani, hal 393). Frasa ini menunjuk pada tanggung jawab kita sendiri untuk dosa-dosa kita tetapi juga untuk godaan dan perangkap dosa yang halus (lih. Ef 4:14; 6:10-18). Beberapa orang tidak secara sengaja melanggar karunia Allah, mereka tertipu.
- NASB, NKJV "dalam pelanggaran apapun"
- NRSV "melakukan suatu pelanggaran"
- TEV "dalam jenis kesalahan apapun"
- NJB "bertingkah"
Setidaknya tiga dosa dapat dirujuk di sini.
- 1. Dalam kaitan dengan guru-guru palsu, ini dapat merujuk kepada mereka yang telah menyerah pada godaan untuk disunat dan berusaha untuk mendapatkan kesempurnaan melalui Hukum Musa
- 2. karena istilah yang kuat yang digunakan dalam Gal 5:15,26, ini mungkin menunjuk pada kecenderungan destruktif yang terdapat di dalam gereja Galatia
- 3. ini mungkin berkaitan dengan ekses-ekses ibadah penyembahan kafir yang dijelaskan dalam Gal 5:19-21 Pedoman yang berikut sangatlah membantu untuk menunjukkan pada gereja bagaimana orang percaya harus memulihkan seorang saudara yang jatuh kembali ke persekutuan.
- NASB, TEV "kamu yang rohani"
- NKJV "kamu yang rohani"
- NRSV "kamu yang telah menerima Roh"
- NJB "yang lebih rohani dari kamu"
Hal ini tidak boleh disalahartikan untuk berarti "kamu yang tidak berdosa." Kedewasaan rohani telah dibahas dalam Gal 5:16-18,22-25. Kedewasaan rohani adalah
- 1. memiliki pikiran Kristus
- 2. menjalankan buah Roh
- 3. memiliki hati hamba
- 4. melayani sesama orang Kristen
Lihat Topik Khusus: Apakah orang Kristen harus Saling Menghakimi Satu Sama Lain? di 1Tes 5:21.
□ "harus memimpin orang itu ke jalan yang benar" "Memulihkan" adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, sebuah perintah yang terus / sedang berlangsung, sering digunakan dalam menyusun tulang yang patah atau memperbaiki jaring ikan (lih. Mat 4:21; Mr 1:19). Pentinglah bagi mereka yang telah dewasa dalam Kristus untuk membantu semua orang lain dalam gereja untuk mencapai status keberadaan tersebut (lih. Ef 4:13) dan mengembalikan mereka yang telah jatuh (lih. 2Kor 13:11).
Pengampunan dan tidak bersifat menghakimi adalah tanda alkitabiah dari seorang Kristen dewasa (lih. Mat 5:7; 6:14-15; 18:35, Luk 6:36-37, Yak 2:13; 5:9). Disiplin Gereja harus selalu bersifat penebusan bukan pendendam (lih. 2Kor 2:7; 2Tes 3:15; Yak 5:19-20). Jangan kita justru menembak orang-orang kita yang terluka!
□ "sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan" "Menggoda" [peirazō] dalam konteks ini memiliki konotasi "menggoda dengan pandangan ke arah kehancuran" Kata yang sama ini digunakan untuk si jahat yang menggoda Yesus dalam Mat 4. Kata lain untuk "mencobai" [dokimazō] digunakan dua kali dalam ay. Gal 6:4, namun kata ini memiliki konotasi "menguji dengan maksud untuk persetujuan." Setan akan menguji dan mencobai orang percaya dalam rangka untuk menghancurkan mereka. Orang percaya harus waspada, luar dan dalam (lih. 1Kor 10:12; 2Kor 13:5). Lihat Topik Khusus pada 1Tes 3:5.
Gal 6:2 "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. "Satu sama lain" ditempatkan dalam suatu posisi yang tegas dalam kalimat Yunani. Sebagai suatu cara hidup orang Kristen dewasa harus memikul orang yang lebih lemah mereka, yaitu saudara-saudara yang kurang dewasa (lih. Rom 14:1; 15:1). Hal ini memenuhi, dalam suatu cara yang sangat praktis dan bisa dilihat, Hukum yang Baru (lih. Gal 5:14).
"Beban" digunakan untuk suatu berat yang meremukkan yang ditempatkan pada hewan jinak pemikul beban (lih. Mat 23:4). Dalam konteks ini digunakan secara metaforis untuk tradisi lisan Yudais. Ini adalah istilah "beban" yang berbeda dari pada yang di dalam ay. Gal 6:5, yaitu sebuah ransel tentara.
□ "Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" Hukum Kristus juga disebutkan dalam 1Kor 9:21 dan "hukum Roh kehidupan di dalam Yesus Kristus" dalam Rom 8:2. Hukum Kristus juga ditandai dengan cara yang berbeda dalam Yakobus.
- 1. Rom 1:25, "hukum sempurna yang memerdekakan orang"
- 2. Gal 2:8, "hukum kerajaan"
- 3. Gal 2:12, "hukum kemerdekaan"
Apabila kuk tradisi lisan yang menafsirkan Hukum Musa telah menjadi beban yang mendesak bagi orang Yahudi, Kuk Kristus adalah mudah dan ringan (lih. Mat 11:29-30). Namun demikian, ini tetap adalah sebuah kuk (lih. Yoh 13:34; 1Yoh 4:21), dan kuk ini adalah tanggung jawab kita untuk mengasihi dan melayani satu sama lain sebagai saudara dan saudari dalam Kristus.
KATA KERJA ini di sini adalah ditemukan dalam dua jenis kalimat yang berbeda dalam naskah.
- 1. AORIST IMPERATIVE dalam MSS א , A, C, D
- 2. FUTURE ACTIVE INDICATIVE dalam MSS B, F, G
- 3. FUTURE ACTIVE INDICATIVE, tetapi dengan preposisi awal yang berbeda di MS P46
Komite UBS4 tidak bisa memastikan mana yang asli. Mereka berpikir ada kemungkinan bahwa bentuk FUTURE ini diubah menjadi sebuah AORIST IMPERATIVE karena INFINITIVE sebelumnya dalam ay. Gal 6:1 (Bruce Metzger, Sebuah Komentari Kenaskahan pada Perjanjian Baru Yunani).
Gal 6:3 "kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang diasumsikan benar dari perspektif penulis atau untuk tujuan sastra penulis. Orang Kristen harus menilai diri mereka sendiri sehingga mereka dapat berhubungan secara pantas satu sama lain dan dapat menghindari hal melebih-lebihkan diri mereka sendiri (lih. 1Kor 3:18, kemungkinan mencerminkan Yes 5:2). Ini tidak berarti bahwa orang Kristen tidak memiliki dosa, tetapi bahwa dosa yang tidak mendominasi kehidupan mereka (lih. 1Yoh 1:8; 3:6,9). Oleh karena itu, mereka dapat membantu dan berdoa bagi mereka yang hidupnya didominasi oleh dosa (lih. 1Kor 3:18).
□ "ia menipu dirinya sendiri" KATA KERJA ini muncul hanya sekali dalam seluruh PB, yang berarti untuk merayu diri ke dalam kesalahan. Bentuk KATA BENDA nya muncul dalam Tit 1:10. Menipu diri sendiri adalah jenis terburuk dari kebutaan.
Gal 6:4 "Tetapi masing-masing harus memeriksa pekerjaan sendiri" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dari istilah untuk "menguji" atau "menggoda" (dokimazō) dengan konotasi "menguji dengan maksud untuk persetujuan." Lihat Topik Khusus di 1Tes 3:5.
□ "Dan kemudian dia akan memiliki alasan untuk bermegah dalam hal untuk dirinya sendiri, dan tidak dalam hal lain" Orang percaya harus berhati-hati untuk tidak saling membandingkan diri mereka satu sama lain (lih. 2Kor 10:12), terutama mereka yang telah dikejutkan dan dikuasai oleh dosa (lih. ay. Gal 6:1).
Gal 6:5 "Untuk masing-masing akan menanggung beban sendiri" Ini bisa merujuk pada tahta pengadilan Kristus dalam suatu pengaturan eskatologis / akhir zaman (lih. 2Kor 5:10). Pada kilasan pertama, ay. Gal 6:2,5 tampaknya bertentangan satu sama lain sampai sebuah kajian leksikal yang lebih dekat menunjukkan bahwa ke dua kata yang diterjemahkan berturut-turut sebagai "beban" dan "tanggungan" ini memiliki penggunaan yang berbeda. Kata pertama di ay. Gal 6:2 (baros) berarti "berat yang meremukkan," sementara kata yang terakhir dalam ay. Gal 6:5 (phortion) berarti "ransel prajurit yang penuh dengan peralatan yang diperlukan." Orang Kristen yang dewasa harus membawa beban tanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan kadang-kadang, bagi orang lain. Sebuah contoh dari hal ini mungkin adalah 2Kor 8:13-14. Istilah yang sama digunakan untuk pedoman Yesus bagi orang Kristen dalam Mat 11:30.
Galilah -> Gal 6:1-10
Galilah: Gal 6:1-10 - Merdeka Supaya Bisa Berbuat Baik Galatia 6:1-10 Sub Tema: Merdeka Supaya Bisa Berbuat Baik
Saudara-saudara, kalau seseorang terjerat dalam semacam pelanggaran, kalian yang rohani ha...
Galatia 6:1-10 Sub Tema: Merdeka Supaya Bisa Berbuat Baik
Saudara-saudara, kalau seseorang terjerat dalam semacam pelanggaran, kalian yang rohani harus memulihkan orang seperti itu, dalam roh lemah-lembut, sambil menjaga dirimu, jangan-jangan kamu tergoda juga. Pikullah beban satu sama lain, dan dengan demikian kalian akan memenuhi hukum Kristus. Karena kalau seseorang menganggap dirinya penting, padahal dia bukan apa-apa, dia hanya menipu diri sendiri. Tetapi setiap orang seharusnya menguji pekerjaannya sendiri dan kalau begitu dia akan mempunyai alasan untuk kebanggaan, yaitu di dalam dirinya saja, bukan di dalam orang lain, karena setiap orang akan memikul bebannya sendiri. Nah, orang yang menerima pengajaran Firman Tuhan, seharusnya membagi segala hal yang baik dengan yang mengajarnya. Jangan disesatkan! Allah tidak mungkin dibodohi! Karena apa saja yang ditaburkan seseorang, itulah yang akan dia tuai, sebab orang yang menaburkan kepada kedagingannya sendiri,
dari kedagingan dia akan menuai kebinasaan, tetapi orang yang menaburkan kepada Roh, dari Roh dia akan menuai hidup yang kekal. Jadi jangan kita jenuh berbuat baik, karena kita akan menuai pada musimnya, kalau kita tidak menyerah. Jadi, selama kita mempunyai peluang, mari kita berbuat baik kepada semua orang, dan terutama kepada keluarga kita dalam iman.
ay. 1 Saudara-saudara, kalau seseorang terjerat dalam semacam pelanggaran – Di sini Paulus menggunakan panggilan saudara-saudara untuk menandai bahwa dia akan mengembangkan pengajarannya ke arah yang sedikit lain. Tadinya dia mengajarkan pentingnya orang percaya hidup oleh Roh, termasuk tanda-tanda yang menunjukkan hidup yang dikuasaiNya. Panggilan ini juga mengingatkan mereka bahwa mereka adalah keluarga Tuhan, yang seharusnya saling menolong dan tidak bersaing satu sama lain.335 Di sini dia mulai bicara dengan sangat praktis mengenai kehidupan mereka bersama. Bahasa yang digunakan di klausa ini bersifat non-spesifik (ean= kalau, anthropos = seseorang336 dan tini = semacam), yaitu menyangkut orang apa saja yang berbuat dosa apa saja. Kata prolambano boleh berarti dikuasai,terjerat atau juga ditangkap,dankedapatan.337 Sulit membedakan yang mana yang dimaksudkan, tetapi tidak terlalu berdampak kalau memilih yang satu, atau yang lain. Mungkin terjerat lebih baik karena menyangkut kondisi seseorang dalam dosanya dan bukan apakah mereka dilihat di dalamnya. Kata paratoma berarti pelanggaran terhadap suatu patokan kebenaran. Kata ini sering digunakan secara identik dengan hamartia (dosa).
Kalian yang rohani – Frase ini tidak dimaksudkan untuk membedakan antara orang yang ‘rohani’ dan ‘kurang rohani’ di Galatia, melainkan untuk mencakup apa yang baru dikatakannya di 5:16-26 mengenai orang yang hidup oleh Roh. Jadi, secara sederhana, kalian yang rohani menyangkut semua orang yang hidup oleh Roh dan mengikuti jejak-jejakNya.
Harus memulihkan orang seperti itu – Kata katartizo berarti memperbaiki,memulihkan,atau meluruskan.338 Sifat dari perintah ini adalah terus menerus,339 menyangkut proses di mana orang ini diluruskan sehingga kondisi mereka sama dengan keadaan sebelum mereka jatuh. Tentu hal ini tidak selalu berarti orang boleh kembali kepada pelayanan yang mereka pegang sebelumnya, kalau reputasi mereka menjadi ternoda. Lihat 1 Tim 3:1-13 dan Tit 1:5-9. Maksud dari bagian ini adalah supaya orang percaya yang berdosa dibantu oleh jemaat, supaya benar-benar bertobat, diampuni dan kembali bersekutu bersama sebagai keluarga Tuhan.
Dalam roh lemah-lembut – Kata pneuma boleh berarti Roh (Kudus) atau roh (orang). Secara gramatis, lebih alami ditafsirkan sebagai roh/hati orang, dalam arti memulihkan dia dengan cara/sikap yang lemah lembut.340 Jadi meluruskan tadi bukanlah alasan untuk menusuk orang dengan cara bicara yang galak dan penuh penghakiman, melainkan perawatan yang dilakukan dengan penuh kasih. Kata prautes (lemah lembut) dipakai tadi di Gal 5:23.
Sambil menjaga dirimu, jangan-jangan kamu tergoda juga – Paulus mulai menggunakan bentuk tunggal (kamu/kau) di klause ini, menunjukkan bahwa dia mau memberi peringatan ini kepada setiap pribadi. Walaupun kata skopeo (melihat/jaga) adalah partisip dan bukan perintah,341 ikatannya dengan perintah memulihkan tadi biasanya memberi tekanan yang sama sebagai perintah. Jadi boleh berbunyi Jagalah dirimu juga! Tidak dikatakan di ayat ini kira-kira apa yang menjadi godaan – Apakah godaan yang dialami orang yang perlu ditolong, atau godaan untuk menjadi sombong dan menganggap diri lebih baik.342 Sebenarnya dua-duanya berbahaya bagi orang yang terjun untuk mengangkat orang yang jatuh dalam dosa. Jagalah dirimu juga! Jagalah bersifat terus menerus, menunjukkan kebiasaan.
ay. 2 Pikullah beban satu sama lain – Pikullah (bastazo) adalah perintah yang bersifat terus menerus,343 menunjukkan kebiasaan yang diharapkan. Tidak ada kata penghubung di antara ay. 1 dan 2 sehingga arti dari ayat ini harus dimengerti secara lebih luas daripada soal pemulihan saja. Paulus mau menganjurkan supaya mereka mempunyai kebiasaan untuk saling membantu. Kata allelon (satu sama lain) ada di muka dari ay. 2, menunjukkan tekanan. Seperti beberapa kali kita lihat, ada ketegangan di antara mereka dan Paulus mau supaya mereka saling melayani dan tidak lagi saling menghalangi. Lihat kata allelon (saling/satu sama lain)di 5:13, 15, 17, 26.
Dan dengan demikian kalian akan memenuhi hukum Kristus – Kata anapleroo (akan memenuhi) bersifat masa depan secara tentu,344 yaitu kalau mereka saling menolong, mereka tentu akan memenuhi Hukum Kristus. Hukum Kristus menyangkut Hukum Kasih yang kita lihat di 5:14. Lihat juga Yoh 13:34, Rom 13:8-10.345 Hukum tersebut adalah penerapan dari Injil, di mana kita saling mengasihi sama seperti kita telah dikasihi.
ay. 3 Karena kalau seseorang menganggap dirinya penting – Paulus menggunakan di sini frase yang sudah muncul di 2:2, 6, 9, yang secara literal berbunyi menganggap diri sesuatu, yaitu penting. Kata karena (gar) mengaitkannya dengan sesuatu yang sudah ditulis tadinya, tetapi para ahli Alkitab tidak menganggap ikatan ini terlalu erat dengan ay. 2, tetapi dengan aliran pengajaran secara umum. Masalah di mana orang mementingkan diri menghancurkan persekutuan dan meniadakan kasih. Lihat Fili 2:1-4, Efe 4:2, Yak 3:13-15. Kata menganggap (dokeo) bersifat terus menerus,346 menunjukkan kebiasaan berpikir begitu.
Padahal dia bukan apa-apa – Ungkapan ini cukup tegas, karena menyangkut kenyataan, bukan anggapan. Maksudnya bukan untuk menghina manusia, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, melainkan untuk melihat kenyataan bahwa semua manusia berdosa dan berkekurangan, sehingga sangat konyol kalau kita mementingkan diri atas orang lain. Lihat 1 Kor 1:26-31, 4:6-7.
Dia hanya menipu diri sendiri – Kata frenapatao (menipu pikiran diri sendiri) sangat langka dalam bahasa Yunani dan hanya kali ini dipakai di Perjanjian Baru. Maknanya adalah orang yang menganggap dirinya penting, hanya menipu dirinya – Tentu Allah tahu kenyataan!347 Kata menipu ini bersifat terus menerus,348 sama seperti menganggap tadi.
ay. 4 Tetapi setiap orang seharusnya menguji pekerjaannya sendiri – Kata menguji (dokimazo) adalah perintah yang bersifat terus menerus,349 yaitu sesuatu yang harus dilakukan terus oleh orang percaya. Lihat 3-5, 2 Kor 13:5. Pekerjaan (ergon) bersifat tunggal, sehingga mencakup tingkah laku secara umum sebagai kesatuan. (1 Kor 15:58, 1 Tes 1:3)
Dan kalau begitu dia akan mempunyai alasan untuk kebanggaan – Kebanggaan (kaukhema) adalah kata benda di sini, yang dipakai dengan kata mempunyai (ekho). Kata kaukhema ini, yang sering diterjemahkan bermegah, tidak selalu negatif, sehingga bisa diterjemahkan mempunyai alasan untuk kebanggaan. Memang tidak salah kalau hati kita dibesarkan karena kita berbuat baik atau menjalankan pelayanan yang berbuah baik. Lihat 2 Kor 10:7-18.
Yaitu di dalam dirinya sendiri, bukan di dalam orang lain – Klausa ini menarik, karena kata eis biasanya berarti di dalam, tetapi bisa juga membawa arti mengenai/berhubungan dengan.350 Arti yang kedua yang lebih masuk akal di sini, karena orang ini berbangga dalam apa yang dia perbuat, bukankarena membandingkan diri dengan orang lain.351 Kadang-kadang orang rasa bangga melihat dosa/kegagalan orang lain, karena merasa diri lebih baik. Hal itu dilarang di ayat ini. Kita menguji diri berhubungan dengan Firman Tuhan, bukanlah berhubungan dengan orang percaya lain.
ay. 5 Karena setiap orang akan memikul bebannya sendiri – Ayat ini bisa membingungkan kalau dibandingkan dengan ay. 1, tetapi maknanya berbeda. Kata bastazo (akan memikul) bersifat masa depan dan karena menyangkut perbuatan orang, berhubungan dengan ayat sebelumnya, tentu bicara mengenai penghakiman terakhir. Lihat 10-23. Kata fortion (beban) boleh digunakan untuk bicara mengenai pertanggungjawaban terakhir.352 Di penghakiman terakhir, orang percaya tidak akan melihat kiri-kanan pada orang lain – Setiap orang akan dinilai secara adil, menurut Firman Tuhan. Hanya ada satu Hakim! Lihat Rom 14:1-4
ay. 6 Nah, orang yang menerima pengajaran Firman Tuhan – Kata de(nah), yang sering digunakan sebagai penghubung serba guna, kemungkinan besar hanya mengikat ayat ini secara umum pada tema memikul beban satu-sama lain.353 Kata katekheo yang muncul dua kali di ayat ini, menyangkut pengajaran dasar iman. Itu sebabnya pengajaran dasar masih disebut sebagai katekismus. Dalam klausa ini bentuk pasif354 menyatakan bahwa orang yang dimaksudkan adalah murid, yaitu orang baru percaya, yang dimuridkan oleh seorang pengajar. Sifatnya terus menerus, menyatakan bahwa mereka diajar terus/sedang diajar.
Seharusnya membagi segala hal yang baik – Kata koinoneo sering menyangkut persekutuan, tetapi di ayat ini tentu dipakai sebagai kata halus dengan makna membagi/memberi. Paulus melakukan hal yang sama dengan kata time (menghormati /menghargai/memberi honor) di 1 Tim 5:17, di mana uang pasti dimaksudkan juga. Soal uang tidak enak dibicarakan. Lihat juga Luk 19:7, 1 Kor 9:14, Fili 4:10-20, 1 Tim 5:17-18. Seharusnya membagi di sini adalah perintah yang bersifat terus menerus, jadi seharusnya selalu begitu. Jadi dukungan kepada seorang pengajar adalah keharusan, tetapi kita lihat bahwa dalam masa penginjilan, di mana gereja baru ditanam, Paulus bekerja juga supaya tidak menjadi beban. Lihat Kis 20:33-35, 1 Tes 2:9.
Dengan yang mengajarnya – Kata katekheo lagi, tetapi bersifat terus menerus di masa kini,355 menyangkut apa yang sedang terjadi di jemaat-jemaat Galatia. Bukan maksud Paulus untuk mencari uang, melainkan untuk mendorong supaya mereka mendukung orang yang bekerja keras untuk mengajar/memuridkan di sana. Sering kali pelayanan tersebut berarti orang sangat lelah, atau mengorbankan pencarian sendiri untuk melayani orang lain. Orang seperti ini harus dibantu, supaya mereka tidak terlantar dan juga supaya mutu pelayanan dijaga.
ay. 7 Jangan disesatkan! – Ungkapan ini tidak bermaksud bahwa mereka sudah disesatkan. Maknanya adalah seruan untuk mereka mendengarkan peringatannya, seperti Jangan salah mengerti hal ini! Dengar baik-baik! Dipakai juga di 9, 15:33, Yak 1:16. Perintah in bersifat terus menerus, dalam arti jangan lagi, atau jangan terus. Suara pasif berbunyi jangan memberi diridisesatkan.356
Allah tidak mungkin dibodohi! – Kata mykterizo menggambarkan orang yang mengangkat hidungnya untuk menunjukkan bahwa dia menganggap seseorang konyol/bodoh. Jadi kata ini boleh diterjemahkan mengejek,mencemooh,ataumembodohi.357 Dalam konteks ay. 7 dan 8, ungkapan ini pasti menyangkut penghakiman terakhir, sehingga maksud Paulus adalah jangan menganggap Allah bodoh, Dia tentu menghakimi dengan penuh pengertian mengenai hidupmu.358
Karena apa saja yang ditaburkan seorang, itulah yang akan dia tuai – Klausa ini merupakan pepatah yang sering digunakan pada masa itu, menyangkut sebab dan akibat. Dalam konteksnya, ungkapan ini mengalir secara alami dari pikiran bahwa Allah tidak dapat dibodohi, yaitu apa yang dibuat orang di dalam hidupnya, tentu tidak tersembunyi dari Allah yang menghakimi dengan keadilan yang sempurna.359 Jangan kita berpikir bahwa Paulus kembali mengajar keselamatan melalui perbuatan, karena tidak mungkin begitu. Intinya adalah Allah tentu tahu hati orang, apakah dia selamat (sumber dari perbuatan baik) atau tidak, jadi kalau ada yang pandai menipu orang lain, jangan dia berpikir bahwa Allah begitu mudah ditipu! Frase akan dia tuai bersifat masa depan,360 menyangkut penghakiman lagi dan ditaburkan bersifat terus menerus di masa kini,361 menyangkut kebiasaan. Lihat Hos 8:7
ay. 8 Sebab– Kata hoti(sebab) tidak selalu menandai penyebab dan di sini hanya dipakai untuk menunjukkan bahwa ayat ini mengembangkan ayat sebelumnya. Jadi boleh diterjemahkan jadi atau yaitu. 362 Klausa pertama dan klausa kedua di ayat ini, hampir persis sama dalam bentuknya, kecuali kata kedagingan dan Roh, lalu akibat-akibat. Selain dari itu kata heautou (sendiri) yang dipakai mengenai kedagingan orang, tidak dipakai mengenai Roh, karena bukan roh orang yang dimaksudkan, melainkan Roh Kudus.
Orang yangmenaburkankepadakedagingannya sendiri, dari kedagingandiaakanmenuai kebinasaan, Tetapi orang yangmenaburkankepadaRoh, dari Rohdia akanmenuai hidup yang kekal.
Menaburkan bersifat terus menerus di masa kini,363 kedua kalinya dan menuaibersifat masa depan secara pasti364 kedua kalinya. Jadi perilaku sekarang digambarkan sebagai penaburan dan penghakiman terakhir digambarkan sebagai tuaian. Yang menarik adalah frase dari kedagingan (ek tes sarkos) dan dari Roh (ek tou pneumatos). Seolah-olah kedagingan yang memberi kebinasaan dan Roh yang memberi hidup yang kekal. Ini tentu kiasan yang membuat pengajarannya lebih mengena. Secara umum, kiasan-kiasan di Firman Tuhan digunakan supaya membuat pengajaran hidup, bukan supaya setiap detil diteliti dan diartikan. Jadi seperti kita perhatikan di ayat tadi, kebenaran ini menyangkut buah keselamatan, bukan keselamatan oleh perbuatan baik. Orang yang hidup menurut nafsunya menandai diri sebagai orang yang tidak percaya, sedangkan kehadiran Roh di dalam diri orang menandai dia sebagai anak Allah. Kata fthora boleh berarti perosotan, tetapi kalau dibuat pembedaan dengan hidup kekal (zoen aionion), tentu menyangkut kematian kekal.
ay. 9 Jadi jangan kita jenuh berbuat baik – Ayat 9 dan 10 merupakan kesimpulan praktis untuk bagian ini. Kalon poiountes (berbuat baik) adalah penerapan praktis dari buah Roh dan penaburan tadi. Orang percaya, walaupun selamat hanya oleh anugerah dan dibaharui melalui Roh Kudus, masih aktif dalam berbuat baik. Kita tidak menjadi robot. Sebaliknya, orang percaya adalah makhluk yang paling bebas memilih apa yang baik, atau tidak, karena tidak lagi dikuasai oleh dosa. Lihat Rom 6. Kata agkakeo secara literal berarti berlaku buruk dalam suatu situasi, tetapi kalau dipakai bersama partisip (berbuat), kata ini biasanya menyangkut kelelahan,penyerahan,atau kejenuhan.365 Bentuk perintah ini sama dengan marilah yang diteliti di ay. 25.366 Lihat 1, 2 Tes 3:13.
Karena kita akan menuai pada musimnya – Kata menuai tentu menyangkut penghakiman terakhir, sama seperti di ayat-ayat tadi. Penghakiman tersebut tidak negatif bagi orang percaya, kecuali yang kurang setia, yang kehilangan upah. Tetapi bagi orang yang berlaku baik, ada upah dan juga penghargaan dari Kristus sendiri. Lihat lagi 1 Kor 3:10-15, 2 Tim 4:6-8, Mat 25:21, 23. Pada waktunya (kairo idio) boleh berarti pada musimnya atau juga, pada waktu yang tepat. Mungkin lebih baik mengikuti kiasan penuaian di sini dan menerjemahkannya musim. Walaupun demikian, maknanya sama saja: Sampai waktu yang ditentukan Allah. Lihat kiasan ini dikembangkan oleh Yakobus. Yak 5:7-8.
Kalau kita tidak menyerah – Walaupun kata ean (kalau) tidak dipakai, bentuk kata kerja ini pasti membawa arti tersebut.367 Hanya orang yang bertahan mendapat upah, dan hanya orang percaya yang bertahan. Lihat Yoh 8:31. Menyerah (ekluomai) secara literal berarti melepaskan ikat pinggang, dalam arti berhenti dari bekerja dan juga ada unsur kelelahan. Jadi kata ini menggambarkan seorang petani yang menyerah bekerja, karena belum melihat hasilnya. Dan Paulus mengatakan bahwa pasti ada hasil, jangan lelah! 368
ay. 10 Jadi, oleh karena itu, selama kita mempunyaipeluang – Terjemahan literal ini memang kaku, tetapi frase ara oun (jadi, oleh karena itu) tegas, karena memakai dua kata yang fungsinya sama. Jadi jelas ayat ini menerapkan dan menegaskan pengajaran tadi. Peluang di sini adalah kata kairos lagi, sama seperti musim tadi. Jadi Paulus tentu menggunakannya dengan maksud yang mirip. Di sini lebih baik ditafsirkan sebagai waktu yang ditentukan untuk kita ada di dunia ini sebelum hari terakhir. Mari kita memanfaatkan waktu kita di dunia ini untuk menabung harta di surga!
Mari kita berbuat baik kepada semua orang – Klausa ini sangat menginsafi. Kata ergazomai(berbuat) adalah perintah pribadi, kepada setiap kita yang percaya, yang bersifat terus menerus,369 menyangkut kebiasaan. Jadi tidak ada batasan ras, budaya atau agama. Kita perlu terus menjadi berkat di dunia ini. Lihat Mat 5:43-48, 1 Pet 2:11-12.
Dan terutama kepada keluarga kita dalam iman – Klausa ini masih terikat pada perintah mari kita berbuat baik tadi. Kata oikeios, yang berarti isi rumah, jadi jelas menyangkut keluarga. Gambaran ini memang indah. Kita perlu terus meningkatkan kesadaran kita bahwa orang lain yang percaya Kristus adalah keluarga sungguh saya di dalam Tuhan.
- Apa sikap saudara kepada orang yang jatuh dalam dosa? Mau menolong? Mau lemah lembut?
- Apakah saudara dianggap rohani? Kalau tidak, mengapa?
- Apakah saudara rasa sombong kalau orang lain jatuh?
- Apakah saudara menguji diri dengan Firman Tuhan saja, atau membandingkan diri dengan orang lain, atau menghancurkan reputasi orang lain, supaya merasa diri lebih baik?
- Apakah saudara berpura-pura baik, supaya orang lain menghormati? Apa tingkah laku saudara kalau tidak dilihat orang?
- Apakah jemaat mengerti keharusan untuk bermurah hari kepada para pengajar/pelayan yang memuridkan mereka?
- Kalau jujur, melihat tingkah laku sendiri, apakah kebanyakannya berarah pada kedagingan, atau Roh?
- Apakah saudara jenuh berbuat baik?
Topik Teologia: Gal 6:1 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
Mereka Mengekspresik...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
- Mereka Mengekspresikan Altruisme (Sifat Mementingkan Kepentingan Orang Lain)
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Tindakan Positif
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Saling Menerima Pertanggungjawaban Terhadap Orang Lain
- Gereja
- Orang Kristen Berusaha Saling Mendukung dalam Kasih
Topik Teologia: Gal 6:2 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
Mereka Mengekspresik...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
- Mereka Mengekspresikan Altruisme (Sifat Mementingkan Kepentingan Orang Lain)
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Saling Menerima Pertanggungjawaban Terhadap Orang Lain
- Gereja
- Orang Kristen Berusaha Saling Mendukung dalam Kasih
TFTWMS -> Gal 6:1-10
TFTWMS: Gal 6:1-10 - Bertolong-tolonganlah Menanggung Bebanmu BERTOLONG-TOLONGANLAH MENANGGUNG BEBANMU (Galatia 6:1-10)
1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang r...
BERTOLONG-TOLONGANLAH MENANGGUNG BEBANMU (Galatia 6:1-10)
1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. 2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. 3 Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. 4 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. 5 Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. 6 Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. 7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. 8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. 9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. 10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
Salah satu karakteristik Paulus yang paling konsisten sebagai penulis adalah bahwa—setelah membahas isi teks dengan berbagai petunjuk, pertanyaan, dan nasihatnya—ia selalu mengakhiri surat-suratnya dengan bagian "praktik." Ia berusaha memotivasi para pembacanya untuk mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada mereka. Dalam 6:1-10, ia melanjutkan untuk menunjukkan bagaimana manusia rohani harus bereaksi terhadap berbagai situasi yang mungkin ia temukan baik di gereja maupun di dunia.
Ayat 1. Sekali lagi, Paulus menyapa umat Kristen Galatia sebagai saudara-saudara (lihat komentar tentang 1:2, 11). Setelah mengecam sikap persaingan dan iri hati di dalam gereja (5:26), ia menganjurkan sikap untuk saling peduli dan memperhatikan yang harus menjadi ciri umat Allah. Ia membayangkan sebuah situasi di mana sesama orang Kristen kedapatan melakukan pelanggaran. "Kedapatan" ["tertangkap"; NASB] berasal dari kata Yunani prolamba/nw (prolambanō), yang dapat dipahami di sini dalam dua cara: Itu dapat mengacu kepada orang yang sedang "tertimpa" dosa (KJV), atau mungkin itu berarti dosa seseorang "diketahui "oleh anggota gereja lainnya (NRSV). Mungkin, yang pertama yang dimaksudkan, meski yang terakhir juga tersirat; orang Kristen lainnya akan harus mengetahui dosa itu agar dapat menolong. Kata "pelanggaran" adalah para/ptwma (paraptōma), yang mengacu kepada "langkah yang salah" atau "kesalahan besar"—yaitu, "dosa" atau "perbuatan salah." Paulus menyatakan dirinya dengan hati-hati (dan dengan cermat) karena ia sedang menangani masalah yang sulit ini. Ia bersikap seperti itu karena masalah ini melibatkan seorang saudara atau saudari, sesama anggota tubuh Kristus.
Bahasa yang ditemukan di sini mengingatkan kita kepada perempuan dalam Yohanes 7:53-8:111yang "tertangkap basah [katalamba/nw, katalambanō] ketika sedang ia berbuat zinah" (Yoh. 8:4). Sikap Yesus dalam cerita ini mencontohkan cara yang orang Kristen harus tempuh untuk memulihkan sesama orang percaya yang tertangkap dalam pelanggaran apa saja. Para penuduh perempuan itu adalah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang rajin memelihara hukum Musa. Mereka menguji Yesus, katanya: "Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" (Yoh. 8:5). Mereka tidak terlalu peduli dengan perempuan atau hukum Taurat itu; tujuan utama mereka adalah menjebak Yesus. Yesus tahu isi hati para penuduh perempuan itu, termasuk seluruh spektrum dosa-dosa mereka—bahkan dosa-dosa yang mereka rahasiakan. Ia menantang mereka, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu" (Yoh. 8:7). Dari yang tertua sampai yang termuda, memutuskan bahwa akan sangat bijaksana bagi mereka untuk meninggalkan tempat itu dengan tenang.
Tiga kebenaran tampak menonjol ketika kita merenungkan apa yang terjadi dalam cerita ini. Pertama, orang berdosa tidak memenuhi syarat untuk menjatuhkan penghakiman terakhir atas sesamanya. Kedua, Tuhan kita yang benar, yang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang sesat (Luk. 19:10), menolak untuk menjatuhkan penghakiman yang menghukum meski orang yang bersalah itu secara nyata berdiri di hadapan Dia. Itu bukan berarti kesalahan perempuan itu bukan masalah; suatu hari, ia serta para penuduhnya—dan kita juga—akan berdiri di hadapan Dia dalam penghakiman terakhir. Penghiburan kita adalah bahwa Ia, Hakim kita, tidak menginginkan apa saja secara lebih dalam selain daripada pembenaran, bukan penghukuman. Ini, pada kenyataannya, adalah tujuan sepenuhnya hidup Yesus, Penebus kita yang murah hati, yang telah membayar harga tertinggi di kayu salib untuk penebusan kita (Rom. 8:32-39). Ketiga, Yesus tidak meninggalkan keadaan rohani perempuan itu apa adanya. Sebaliknya, Ia meminta dia untuk bertobat. Ia berkata, "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang"(Yoh. 8:11b).
Siapakah yang Paulus katakan harus bertanggung jawab untuk menangani orang yang "kedapatan melakukan pelanggaran"? Mereka yang "rohani." Tujuan orang yang saleh itu bukan untuk menghukum orang lain. Mereka yang ingin menghukum, entah mereka sadari atau tidak, bersekutu dengan Iblis, si pendakwa (Why. 12:10; lihat Ayub 1:6-12). Ini adalah tujuan hidup si jahat, dan selalu ada cukup dosa dalam diri orang-orang yang terbaik yang ia dapat gunakan dengan mudahnya untuk mendakwa mereka.
Manusia rohani, yang di dalamnya Roh Allah menetap, didorong untuk memimpin [memulihkan; NASB] saudara yang kedapatan berbuat dosa itu dengan roh yang lemah lembut [halus; NASB]. "Memulihkan" (katarti÷zw, katartizō) berarti mengembalikan sesuatu kepada kondisi kerjanya semula. Kata itu digunakan untuk "memperbaiki" jaring ikan dalam Matius 4:21 dan Markus 1:19. Kata "halus" (prauoe÷thß, prautēs), yang juga diterjemahkan "lemah lembut" (KJV), adalah istilah yang sama yang muncul sebagai buah Roh (lihat komentar tentang 5:23).
Paulus mewanti-wanti mereka yang berusaha untuk memulihkan seorang saudara yang telah berdosa: Sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. Iblis, musuh terbesar kita dan penghasut dosa, tahu cara untuk menggoda manusia agar berbuat dosa bahkan dalam mereka menjalankan tugas-tugas penting dalam komunitas Allah. Dosa apakah yang mungkin orang "dicobai" untuk dilakukan dalam situasi seperti itu? Menunjukkan kesombongan dan membanggakan kebenarannya sendiri dapat berada dalam urutan teratas daftar itu. Kenneth L. Boles menunjukkan bahwa tujuan orang Kristen "rohani" "bukan untuk menghukum, mengusir, atau membalas dendam," melainkan "untuk menyelamatkan domba yang berbuat salah dan mengembalikannya kepada kawanannya."2Itulah sebabnya tugas itu membutuhkan "roh kelembutan."
Ayat 2. Selain memberikan instruksi untuk memulihkan yang berbuat salah, Paulus memberikan nasihat ini: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Ayat ini muncul secara alami setelah ayat yang mendahuluinya. Gagasan saling memikul beban orang lain secara konseptual sesuai dengan kematian Yesus di kayu salib. Tentu saja, itu tidak dapat dibandingkan dalam cakupan, besaran, atau konsekuensinya. Lagi pula, beban yang Yesus pikul adalah dosa seluruh dunia yang sesat. Salib-Nya itu nyata, mengerikan secara jasmani serta rohani. Kita tidak mampu membayangkan pengalaman itu ketika Yang Kudus dari Allah itu sungguh-sungguh menjadi inkarnasi dosa. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat [Allah] menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Kor. 5:21). Ini adalah salah satu pernyataan yang paling menakjubkan dan tidak dapat dipahami dalam seluruh isi Kitab Suci.
Selama pelayanan Yesus, Ia tidak ragu-ragu untuk bicara tentang salib kiasan yang murid-murid-Nya nanti akan dipanggil untuk memikulnya—apakah itu akan berupa pengalaman diejek, dipermalukan dalam keluarga, penganiayaan, penyiksaan, atau kematian orang itu sendiri. Yesus berkata, "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (Mat. 10:38). Galatia 6:2 hanya satu tambahan kiasan kepada jenis beban yang mungkin terlibat dalam mengikuti teladan Tuhan. Orang Kristen harus bersedia memikul beban yang memberatkan saudaranya. Kata Yunani ba/roß (baros) menyiratkan sesuatu yang berat dan menindas. Robert L. Johnson mengatakan bahwa "bahasa Paulus itu cukup luas untuk mencakup segala jenis beban. Pencobaan, kesedihan, dosa, kelemahan, atau kelesuan pribadi apa saja akan masuk ke dalam maksud[nya] di sini."3Meski nasihat itu sifatnya timbal balik ("saling"), yang mungkin Paulus maksudkan adalah pencobaan yang dihadapi oleh saudara yang lebih lemah.4
Karena Yesus memikul beban yang tak dapat dipikul oleh manusia untuk menebus dunia yang sesat, maka kita harus berusaha keras untuk meniru Dia dan berbuat semampu kita untuk membantu saudara-saudara kita.
Ungkapan "hukum Kristus" telah menghasilkan banyak diskusi. Paulus telah menyatakan bahwa "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya" (5:24). Oleh sebab itu, orang yang benar-benar ingin mengikut Yesus tidak akan dikendalikan oleh dorongan insaninya. Di tempat lain, Paulus menulis bahwa orang Kristen telah "menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya" (Kol 3:9, 10). "Manusia baru" ini mendikte bagaimana orang merespons saudara atau saudarinya yang dalam kekurangan.
Kemunculan kata "hukum" (no/moß, nomos) dalam Perjanjian Baru tidak selalu memiliki konotasi yang sama. Satu arti umumnya adalah "hukum Musa." Dalam hal ini, "Taurat" muncul sebagai bagian dari Alkitab Ibrani dalam ungkapan seperti "hukum Taurat dan kitab para Nabi" (Luk. 16:16) dan "kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur "(Luk. 24:44). Ungkapan ini berhubungan dengan perjanjian lama Allah dengan Israel.
Injil, bagaimanapun, adalah sesuatu yang sangat berbeda. Injil adalah perjanjian baru yang Yeremia sudah ramalkan. Melalui perjanjian ini, Tuhan berkata bahwa Ia akan mengampuni kesalahan umat-Nya dan tidak lagi mengingat dosa mereka (Yer. 31:34; Ibr 8:12). Hukum Taurat tidak dapat sepenuhnya melakukan pengampunan, "sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa" (Ibr. 10:4). Hanya darah Kristus yang dapat membuat orang berdosa menjadi kudus, seperti yang banyak sekali dibuat jelas oleh penulis surat Ibrani (lihat Ibr. 10:10, 14).
"Hukum Kristus" mungkin harus dipahami sebagai "hukum kasih" (lihat 5:14), karunia terbesar yang Allah telah berikan kepada anak-anak-Nya (1 Kor. 12:31b-13:13). Ini adalah prinsip yang sama yang Yesus junjung tinggi selama pelayanan-Nya. Ketika ditanya perintah manakah yang paling utama dalam hukum Taurat, Ia menjawab, … Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat. 22:37-40; lihat Ima. 19:18; Ula. 6:5).
Perjanjian Baru berisi banyak pengajaran tentang kasih, sifat-sifatnya, dan seperti apakah bentuknya dalam kehidupan nyata; tapi tidak dimanapun kasih itu digambarkan secara lebih jelas selain dalam adegan Yesus menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib Golgota yang mengerikan. Kasih yang menebus ini pastinya mengubah kehidupan murid-murid-Nya. Yohanes mengatakannya seperti ini:
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? (1 Yoh. 3:16, 17).
Tulisan Yohanes banyak bicara tentang kasih dan seperti apakah kasih itu di tengah-tengah saudara-saudara, tapi mungkin tidak ada nas lain yang ia tulis yang sangat mirip dengan pesan Paulus dalam Galatia 6.
Dalam beberapa ayat pertama ini, Paulus mengemukakan pendekatan yang orang harus ambil terhadap saudara yang telah jatuh ke dalam dosa. Orang Kristen yang sedang bergumul itu harus diperlakukan dengan lemah lembut, buah Roh yang melibatkan kuasa Roh. Mereka yang berusaha untuk membantu harus menjaga hati mereka sendiri, sehingga tidak ada sikap tercela yang dapat menimpa mereka. Gagal melakukan ini akan menjadi dosa dan menggagalkan seluruh tujuan mereka untuk merangkul dia.
Ayat 3. Paulus memperingatkan tentang kesombongan rohani. Mereka yang berusaha untuk membantu seorang saudara yang telah berdosa tidak dapat membiarkan ego mereka menjadikan diri mereka merasa superior daripada dia. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rom. 3:23); semua orang bergantung pada pengorbanan Yesus Kristus untuk pengampunan dan penyelamatan. Ayat 3 menarik perbedaan yang sangat jelas antara bagaimana orang dapat melihat dirinya sendiri dan siapa dia sebenarnya.5
Ayat 4. Daripada menggunakan "kesalahan orang lain sebagai cara untuk menilai dirinya sendiri,"6tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri. Dalam konteks ini, kata Yunani dokima÷zw (dokimazō) berarti "diuji" atau "diperiksa secara kritis." Ini adalah kata yang sama yang rasul Paulus gunakan ketika ia mengatakan bahwa "tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri" sebelum ia makan Tuhan Perjamuan (1 Kor. 11:28). Kata itu juga muncul dalam nasihat Paulus untuk "ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!" (2 Kor. 13:5a). Orang harus memeriksa "pekerjaannya sendiri" (e¡rgon, ergon), yaitu segala perbuatan dan prestasinya. Maka, Paulus berkata ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Alkitab NIV berkata, "Kalau begitu mereka dapat bermegah atas diri mereka sendiri, tanpa membandingkan diri mereka dengan orang lain." Alkitab NLT menulis, "Karena kamu kemudian akan mendapatkan kepuasan dari pekerjaan yang dikerjakan dengan baik, dan kamu tidak perlu membandingkan dirimu dengan orang lain." Jika memang seseorang punya alasan untuk bermegah, maka ia harus menyimpan itu untuk dirinya sendiri (lihat 6:14).
Ayat 5. Meski orang Kristen diminta untuk "bertolong-tolonganlah menanggung beban" (6:2), namun tiap-tiap orang diperintahkan untuk memikul tanggungannya sendiri. Paulus dalam bagian ini menggunakan dua kata yang berbeda untuk "beban" (baros) dan "muatan" (forti/on, phortion). Baros menekankan gagasan tentang berat yang sering bersifat menekan. Kata Inggris/Indonesia "barometer," yang secara harfiah berarti "ukuran berat," mengacu kepada instrumen yang digunakan untuk menentukan tekanan atmosfir. Dalam bahasa Yunani modern, cakupan arti baros telah diperluas sehingga memenuhi kebutuhan dunia modern dengan memasukkan konsep-konsep seperti gravitasi, gravitasi spesifik, tambahan bobot fisik, bagian yang terberat (beban yang lebih berat atau bagian utama) dari pekerjaan (seperti dalam Mat. 20:12), menjadi beban bagi seseorang, beban tanggung jawab, dan tekanan perpajakan. Dalam arti yang mana saja, tidak sulit untuk memahami hal-hal yang akan membebani semangat seseorang dan menimbulkan kekhawatiran atau ketegangan.
Kata phortion menekankan sesuatu yang dibawa atau diangkut, seperti "kargo" sebuah kapal (Kisah 27:10). Bergantung pada konteksnya, "beban" ini mungkin saja berat (Mat. 23:4) atau ringan (Mat. 11:30). Jelas terlihat, dalam beberapa penggunaannya, phortion ini identik dengan baros; tapi dalam penggunaan lainnya tidak. Tampaknya Paulus sedang membuat perbedaan dalam konteks ini dengan menggunakan istilah-istilah yang berbeda ini. Jika ini benar, baros melambangkan masalah besar kehidupan (terlalu berat untuk dipikul sendiri), sedangkan phortion menunjukkan tanggung jawab pribadi kita (tugas normal kita). Pandangan ini didukung oleh fakta bahwa phortion kadang-kadang digunakan dalam literatur Yunani untuk beban seseorang.7Oleh karena itu, J. B. Phillips menawarkan terjemahan ini dalam Galatia 6:5: "Sebab setiap orang harus 'memikul bebannya sendiri.'"
Variasi penafsiran ini adalah bahwa yang 6:5 maksudkan adalah penghakiman terakhir. Pemahaman ini didasarkan pada pergeseran keterangan kata kerja dalam teks Yunani. Dalam kedua ayat itu, kata kerja "menanggung" adalah dari bastazw (bastazō). Ayat 2 memiliki kata kerja dalam bentuk present tense ("menanggung"), sedangkan ayat 5 memiliki kata kerja dalam bentuk future tense ("akan menanggung"). Paulus mungkin sedang mengatakan bahwa orang Kristen memiliki kewajiban untuk saling membantu dalam menanggung kesulitan hidup, namun pada akhirnya nanti masing-masing akan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Tentu saja, gagasan ini sesuai dengan ajaran Perjanjian Baru. Roma 14:12 menunjukkan bahwa "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." Selanjutnya, 2 Korintus 5:10 mengatakan, "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat."
Ayat 6. Dalam 6:1-5, Paulus membahas tentang berbelas kasihan terhadap saudara yang telah jatuh ke dalam dosa, ketimbang menggunakan kesempatan seperti itu untuk memegahkan diri, persaingan, atau menyombongkan diri. Dalam 6:6-10, ia melanjutkan bicara tentang apa yang dibutuhkan untuk hidup oleh Roh dan merawat sesama orang Kristen. Namun begitu, ia mengubah bidang perhatian kepada perbuatan menyediakan dukungan keuangan untuk para pelayan firman, dengan mengatakan bahwa baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.
Paulus sedang mendorong orang-orang Kristen untuk "berbagi" dengan mereka yang telah mengajarkan injil kepada mereka. Sebenarnya, frasa "yang memberikan [dia] pengajaran itu" adalah tidak jelas. Paulus tidak menentukan apakah guru yang harus disokong itu adalah seorang rasul, nabi, penatua, penginjil, atau hanya seorang anggota gereja. Ia juga tidak mengatakan apakah guru itu harus memiliki karunia karismatik atau ia harus mengajar berdasarkan bakat alaminya, ilmu yang ia peroleh sebelumnya, dan pengalamannya. Selanjutnya, Paulus tidak menunjukkan bahwa guru itu harus orang yang ditetapkan oleh gereja untuk melaksanakan tanggung jawab ini. Mungkin ketidakjelasan ini disengaja, untuk membolehkan penerapan prinsip ini secara luas.
Dukungan para rasul, para penatua, dan para penginjil dipertimbangkan di dalam nas-nas lain dalam Perjanjian Baru. Ketika Yesus mengutus kedua belas rasul itu dalam amanat terbatas, mereka harus bergantung pada tuan rumah untuk makanan dan penginapan mereka. Tuhan menjelaskan bahwa "seorang pekerja patut mendapat upahnya" (Mat. 10:10). Ia pada dasarnya mengatakan hal yang sama kepada tujuh puluh murid itu saat mereka diutus pada amanat terbatas: "Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya"(Luk. 10:7a). Paulus membela hak orang-orang yang memberitakan injil untuk didukung secara finansial oleh para pendengar mereka, meski ia sendiri tidak selalu menggunakan hak itu.8Argumennya dikembangkan sepenuhnya dalam 1 Korintus 9:1-18. Dalam teks itu, ia menyatakan, "Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu" (1 Kor 9:14). Paulus juga menulis dalam 1 Timotius 5:17 bahwa "Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar."
Mereka yang diajar tentang berita Kristus diminta untuk "membagi" (koinwne÷w, koinōneō) harta mereka dengan orang-orang yang menyampaikan Firman Allah kepada jemaat itu. Kemitraan dalam injil ini sering menghasilkan banyak orang lain yang mendengar pesan itu dan hasilnya mengenal Kristus. Berbagi seperti itu adalah meniru Allah, yang membagi Anak-Nya yang kekasih dengan kita.
Ayat 7. Ayat-ayat tentang menabur dan menuai ini dapat dianggap sebagai pemikiran yang dirancang untuk memotivasi para pembaca untuk membayar guru-guru mereka atas pekerjaan mereka. Selain itu, ayat-ayat ini dapat dipahami sebagai pernyataan yang lebih umum mengenai pengayaan rohani yang akan mengikuti semua perilaku saleh yang timbul dari motif kasih. Lagi pula, itu adalah "hukum Kristus" yang sebenarnya dalam konteks ini.
Peringatan Paulus Jangan tertipu (NASB) adalah umum dalam Kitab Suci.9 Penipuan merentang jauh ke belakang ke Taman Eden, di mana Hawa disesatkan oleh ular dan memalingkan tatapannya kepada keindahan duniawi, keinginan daging, dan kesombongan diri. Ia dan Adam tidak menaati perintah Tuhan dan menanggung pelbagi akibatnya yang berat. Mereka dipisahkan dari Allah, diusir dari taman firdaus, dan akhirnya mati (Kej. 3:1-24; 5:5).
Allah jangan diejek (NASB). Tidak ada orang yang dapat berbuat dosa tanpa mendapat hukuman atau menghina Allah dan berharap untuk tidak dihukum. Kata Yunani untuk "mengejek" (mukthri÷zw, muktērizō) secara harfiah berarti "membuang muka."10Sebuah kata yang terkait muncul dalam Lukas 23:35, di mana para pemimpin Yahudi "mengejek" Yesus ketika Ia digantung di kayu salib. Ben Witherington III berpendapat bahwa membuang muka dari seseorang adalah "mempermalukan" dia dan memperlakukan dia "sebagai orang yang lemah, sebagai orang yang berada di bawah martabat orang lain, dan sebagai tidak layak mendapat kehormatan dari seseorang."11
Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya adalah prinsip dari dunia fisik yang juga berlaku dalam dunia rohani. Pada hari ketiga penciptaan, Allah membuat "tumbuh-tumbuhan menghasilkan biji menurut jenis mereka" (Kej. 1:12; huruf miring ditambahkan; NASB). Ketika jenis benih tertentu ditaburkan, jenis tanaman yang sama pasti akan dituai (lihat Ayub 4:8; Amsal 22:8).
Dalam ekonomi agraris yang dominan di zaman Paulus, kiasan tentang menabur dan menuai sudah dipahami dengan baik. Juga, pada titik ini dalam surat itu, para pembaca Paulus pasti akan sudah cukup mendengar untuk melakukan pemindahan dari kiasannya kepada maksudnya yang sebenarnya. Tentu saja, ada profesi lain selain bertani. Umat Kristen dan orang-orang dalam masyarakat itu bekerja sebagai pedagang, tukang kayu, penjahit, bankir, hakim, politisi, guru, tukang bangunan, dan pekerjaan lainnya. Namun, di kota-kota provinsi seperti Galatia, mungkin tidak ada orang yang hidup begitu jauh dari hasil bumi sehingga tidak tahu tentang maksud Paulus.
Meski prinsipnya memiliki penerapan yang lebih luas, namun Paulus mungkin masih sedang memikirkan tentang perlunya berbagi dengan mereka yang mengajarkan injil (6:6). Dalam 2 Korintus 9:6, ia menggunakan gambaran menabur dan menuai untuk mendorong pemberian yang murah hati: "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." Penekanan dalam konteks itu adalah pada jumlah benih, sedangkan dalam Galatia 6:7 pada jenis benih (lihat Mat. 13:24-30).
Ayat 8. Pergeseran dalam bahasa terjadi dalam ayat 8, penekanan diletakkan pada jenis ladangnya bukan pada jenis benihnya. Penabur itu diberikan pilihan untuk "menabur benih dalam ladang yang berbeda sama sekali, dan dari kedua ladang yang berbeda itu ia menuai hasil tuaian yang sesuai dengan sifat ladang itu sendiri."12Pilihan yang pertama adalah negatif: Barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya. Ladang yang ia taburi adalah "dagingnya [sendiri]." Paulus sedang menantang para pembacanya untuk memikirkan hidup mereka dan memastikan bahwa mereka tidak sedang hidup menurut "perbuatan-perbuatan daging" (5:19-21). Menyerahkan diri kepada kehidupan yang sekuler, duniawi, keras kepala adalah sama dengan mati secara rohani. Paulus telah mengatakan bahwa mereka yang hidup dengan cara ini "tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (5:21). Di sini ia menyatakan bahwa mereka "akan menuai kebinasaan. "Ini adalah cara lain untuk mengacukan hukuman kekal di neraka.
Pilihan yang kedua adalah positif: Tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Dalam hal ini, ladang itu adalah "Roh." Orang yang hidup dengan Roh (5:16, 25), yang memiliki "buah Roh" dalam hidupnya (5:22, 23), akan menerima hidup yang kekal di sorga bersama Allah.
Paulus juga membedakan "daging" dan "Roh" dan hasil yang dihasilkannya dalam Roma 8:5-7:
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya (huruf miring ditambahkan).
Nas ini mengingatkan kita secara jelas kepada apa yang Paulus katakan kepada saudara-saudara di Galatia tentang hal ini. Tepatnya itu adalah apa yang ia katakan mengenai sikap yang memberontak dari pikiran kedagingan:
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya bertentangan— sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat (5:16-18).
Kesamaan antara kedua konteks itu sangat kentara. Kedua nas itu menggambarkan bagaimana pikiran yang memberontak bereaksi terhadap berbagai "hukum" yang sedang dibahas. Pada dasarnya pikiran itu menolak apa saja yang mengganggu keinginannya yang sekuler dan duniawi. Pikiran daging pada dasarnya pola pikir yang antinomian, keras kepala. Pikiran itu memusuhi Allah dan menentang hukum-Nya. Pola pikir ini menolak apa saja yang menghalangi dirinya yang keras kepala dan sombong! Ini tidak berarti orang tersebut selalu tidak menyenangkan, mudah marah, atau menyinggung perasaan. Sebaliknya, ia mungkin membungkuk hormat terhadap sanjungan yang munafik atau kasih sayang yang pura-pura. Ia dapat saja mempromosikan dirinya untuk mencapai tujuannya atau mencoba untuk memperoleh dukungan orang-orang yang berkuasa untuk mencapai ambisinya yang egois, seperti memperoleh tujuan profesional, sosial, politik, atau keuangan. Metodenya bisa bermacam-macam, tetapi tujuannya akan selalu bersifat egois dan "kedagingan" (yaitu, dari dunia ini).
Ayat 9. Ga 6:9 Janganlah kita jemu-jemu (mh« ejgkakwvmen, mē enkakōmen) adalah orang pertama jamak, bentuk yang menyertakan penulisnya (atau pembicaranya) bersama dengan para pendengarnya. Paulus memasukkan dirinya bersama umat Kristen Galatia dalam kata-kata nasihat ini. Kata Yunani untuk "jemu-jemu" berasal dari bentuk kata ejgkake/w (enkakeō). Kata itu juga dapat diterjemahkan sebagai "menjadi lemah" (NRSV) atau "menjadi lelah" (NLT). Idenya adalah "kehilangan motivasi dalam melanjutkan pola perilaku yang diinginkan," "kehilangan antusiasme," "berkecil hati."13
Ungkapan berbuat baik pada awalnya tampaknya begitu umum sehingga itu mungkin berlaku untuk apa saja. Namun begitu, dalam konteks ini, fokusnya masih tentang hidup oleh Roh (5:16, 18, 25; 6:8). Jika Paulus punya maksud lain yang lebih spesifik, itu juga akan muncul langsung dari konteks itu: memulihkan saudara yang bersalah (6:1), menanggung beban orang lain (6:2), menanggung beban sendiri (6:5), dan secara finansial mendukung mereka yang mengajarkan Firman (6:6).
Dengan melanjutkan gambaran agrarianya, Paulus menawarkan motivasi ini: Kare- na apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
Ada bahaya tertentu dalam memandang berpikiran rohaniah secara idealis, seolah-oleh itu membatasi orang Kristen dengan perilaku yang lembut, suka damai yang akan tetap tak tergoyahkan terlepas dari apa yang ia hadapi dalam "dunia nyata." Namun begitu, tidak ada orang yang tahu lebih baik selain yang Paulus ketahui bahwa selalu berusaha untuk mengikuti dorongan Roh dan melakukan kehendak Tuhan dapat menjadi sulit dan berat. Meski begitu, ia yakin upaya itu bermanfaat. Seperti "petani yang bekerja keras" (2 Tim. 2:6), orang Kristen pada akhirnya akan "menuai" tuaian yang melimpah jika ia tidak "jemu-jemu" (ejklu÷w, ekluō)—yaitu, "tawar hati" (NKJV) atau "menyerah" (NIV).
Ayat 10. Paulus menyimpulkan bagian utama tentang hidup orang Kristen (5:2-6:10), serta unit yang lebih kecil tentang saling menanggung beban satu sama lain (6:1-10), dengan perintah yang mulia. Ia memulai, Karena itu, selama masih ada kesempatan
.… Kata Yunani untuk "kesempatan," kairo÷ß (kairos), adalah istilah yang sama yang diterjemahkan "[sudah datang] waktunya" dalam 6:9. Dalam ayat itu, kata itu berhubungan dengan tuaian hidup kekal saat Kristus datang kembali. Di sini kata itu menunjukkan waktu yang Allah berikan itu menuntun kepada peristiwa klimaks itu.
Paulus mengingatkan saudara-saudaranya tentang singkatnya hidup di dunia ini dan semua potensi yang terdapat dalam setiap momen berharga itu. Kita diberi waktu agar dapat melayani Tuhan dan menghasilkan buah untuk nama-Nya. Membuang-buangwaktu sungguh hal yang mengerikan. Mengenai pengaturan waktu, rasul Paulus menulis dalam Efesus 5:15, 16, "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Teks itu secara harfiah mengacu kepada "membeli kembali" atau "menebus waktu." Kata kerja yang digunakan dalam frasa itu, ejxagora/zw (exagorazō), didasarkan pada kata benda ajgora/ (agora), yang mengacu kepada "pasar" atau "tempat belanja." Kata kerja biasa ajgora÷zw (agorazō) secara harfiah diterjemahkan "berbelanja," "membeli" atau "belanja," sedangkan bentuk exagorazō yang diintensifkan memiliki kaitan dengan "membeli semua" atau "memanfaatkan sebagian besar"(dalam hal ini, "waktu" atau "kesempatan"). Waktu adalah esensi kehidupan itu sendiri, dan waktu harus digunakan dengan bijaksana untuk melayani orang lain dan menyebarkan kabar baik tentang keselamatan. Orang Kristen harus memiliki rasa urgensi tentang penginjilan dengan mengingat kedatangan Kristus yang kedua kali.
Dalam perintahnya, Paulus berkata, Marilah kita berbuat baik.… Meski di sini kata-kata Yunani yang berbeda dari 6:9 digunakan untuk "berbuat baik," pokok pikirannya pada dasarnya adalah sama: orang Kristen diminta untuk melakukan tugas yang bermanfaat bagi orang lain, menjadikan hidup mereka lebih baik. Berbuat "baik" (ajgaqo÷ß, agathos) adalah hasil dari hidup oleh Roh. Istilah Yunani ini milik keluarga kata yang sama seperti yang diterjemahkan "kebaikan" (ajgaqwsu÷nh, agathōsunē) dalam daftar buah Roh di 5:22.
Sama seperti Yesus mati bagi "seluruh dunia" (1 Yoh. 2:2) dan injil adalah untuk "semua bangsa" (Mat. 28:19), demikian juga orang Kristen dipanggil untuk berbuat baik kepada semua orang. Tindakan pelayanan dapat membuka pintu kesempatan untuk menyampaikan kepada orang lain iman yang menyelamatkan yang telah diberikan kepada kita. Ketika Petrus mengkhotbahkan khotbah pertamanya kepada orang-orang bukan Yahudi di rumah Kornelius, ia bercerita tentang pelayanan duniawi Yesus—"bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia" (Kisah 10:38; huruf miring ditambahkan). Baru pada hari itu Petrus sendiri menyadari bahwa "semua orang," bukan hanya orang-orang Yahudi, harus diajar tentang pesan keselamatan (Kisah 10:34, 35).
Di tengah-tengah sikap yang menunjukkan kepedulian terhadap "semua orang," kita harus punya minat khusus kepada sesama kita orang Kristen—kawan-kawan kita seiman. Konsep tentang keluarga rohani ditemukan dalam pernyataan Yesus "Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku" (Mrk. 3:35). Sebelumnya, dalam surat kepada gereja Galatia, Paulus membuat jelas keragaman manusia—orang Yahudi atau orang Yunani, hamba atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan—telah datang ke dalam keluarga Allah dengan menaati injil. Mereka telah percaya kepada Kristus dan telah dibaptiskan ke dalam Dia untuk pengampunan dosa-dosa mereka (Gal. 3:26-28). Masing-masing telah menerima karunia Roh dan status istimewa sebagai pewaris Bapa (4:6, 7).
Terjemahan harfiah bagi kata Yunani untuk "kawan-kawan [rumah tangga; NASB]" (oijkeivoß, oikeios) adalah "milik rumah itu." Ini menandakan orang-orang yang terkait dengan hubungan kekerabatan atau keadaan lainnya.14Penggunaan umum istilah itu terlihat dalam 1 Timotius 5:8 "seisi rumahnya," yang menasihati orang itu untuk menyediakan kebutuhan "seisi rumahnya." Penggunaan secara kiasan muncul dalam Galatia 6:10, serta dalam Efesus 2:19. Dalam nas yang terakhir, Paulus memuji fakta bahwa orang bukan Yahudi telah berhimpun bersama orang Yahudi untuk membentuk "rumah tangga Allah." Di sini para anggota keluarga rohani Allah dikatakan dipersatukan oleh "iman." Ungkapan itu dapat mengindikasikan kesamaan kepercayaan orang-orang Kristen kepada Kristus, seperti yang terlihat dalam terjemahan "keluarga orang-orang percaya" (NIV). Kemungkinan lain adalah bahwa "iman itu" mengacu kepada sistem kepercayaan bersama—"iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 3).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menu...
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:
- (1) Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
- (2) Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?
Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.
Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
- (1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
- (2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.
Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
- (1) Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
- (2) berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem (bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
- (3) beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.
- (1) Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).
- (2) Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).
- (3) Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).
Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4), saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator (Gal 3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:
- (1) Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).
- (2) Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
- (3) Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat (akan tetapi Lihat "PENDAHULUAN SURAT EFESUS" 08197).
- (4) Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).
Full Life: Galatia (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Gal 1:1-10)
A. Salam
(Gal 1:1-5)
B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan I...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Gal 1:1-10) - A. Salam
(Gal 1:1-5) - B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia
(Gal 1:6-10) - I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi)
(Gal 1:11-2:21) - A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus
(Gal 1:11-24) - B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes
(Gal 2:1-10) - C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus
(Gal 2:11-21) - II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran)
(Gal 3:1-4:31) - A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik
(Gal 3:1-14) - B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat
(Gal 3:15-24) - C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba
(Gal 3:25-4:7) - D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka
(Gal 4:8-20) - E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak
(Gal 4:21-31) - III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis)
(Gal 5:1-6:10) - A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia
(Gal 5:1-12) - 1. Memelihara Kebebasan Kristen
(Gal 5:1) - 2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat
(Gal 5:2-12) - B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk Memperturutkan
Tabiat Berdosa
(Gal 5:13-26) - 1. Perintah Kasih
(Gal 5:13-15) - 2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa
(Gal 5:16-26) - C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus
(Gal 6:1-10) - 1. Saling Menanggung Beban
(Gal 6:1-5) - 2. Menolong Pelayan Firman Allah
(Gal 6:6) - 3. Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik
(Gal 6:7-10) - Penutup
(Gal 6:11-18)
Matthew Henry: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di sua...
- Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di suatu negeri atau provinsi, karena Galatia itu sebuah provinsi. Besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat di Galatia ini pertama kali bertobat dan memeluk iman Kristen melalui pelayanan Paulus. Atau, kalau bukan dia yang menanam jemaat, paling tidak ia sudah terlibat menyirami jemaat-jemaat ini, seperti yang tampak jelas dari surat ini sendiri, dan juga dari Kisah Para Rasul 18:23. Dalam Kisah Para Rasul itu, kita mendapati Paulus menjelajahi seluruh negeri Galatia dan kemudian Frigia, untuk meneguhkan hati semua murid. Selama ia berada bersama mereka, mereka menunjukkan penghormatan dan kasih sayang mereka yang teramat besar baik terhadap dia pribadi maupun pelayanannya. Akan tetapi, tidak lama setelah ia tidak lagi bersama mereka, beberapa pengajar yang masih berpegang pada agama Yahudi menyusup di antara mereka. Dengan kepintaran dan hasutan mereka, jemaat-jemaat di Galatia segera saja merendahkan pribadi Paulus dan pelayanannya. Yang menjadi tujuan utama dari para pengajar palsu ini adalah menjauhkan mereka dari kebenaran di dalam Yesus, terutama yang berkenaan dengan ajaran agung tentang pembenaran, yang jelas-jelas mereka selewengkan. Mereka menegaskan pentingnya paduan antara pelaksanaan hukum Musa dan iman di dalam Kristus untuk mendapat pembenaran. Dan, untuk mencapai tujuan ini dengan lebih baik, mereka berbuat semampu mereka untuk merendahkan tabiat dan nama baik Rasul Paulus, dan meninggikan nama baik mereka sendiri di atas kehancuran namanya. Mereka menggambarkan dia sebagai orang yang, kalaupun diakui sebagai rasul, jauh lebih rendah daripada rasul-rasul lain, dan khususnya sebagai orang yang tidak layak mendapat penghormatan seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ada kemungkinan mereka sendiri mengaku-ngaku sebagai para pengikut rasul-rasul yang disebut terakhir ini. Dan dalam kedua usaha tersebut, mereka luar biasa berhasil. Inilah latar belakang Paulus menulis surat ini. Di dalamnya ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar bahwa mereka sudah begitu cepat membiarkan diri dilencengkan dari iman Injil. Di situ juga ia membela tabiat dan wewenangnya sendiri sebagai rasul melawan tuduhan-tuduhan para musuhnya. Ia menunjukkan bahwa baik mandat maupun ajarannya bersifat ilahi, dan bahwa sedikit pun dia, dilihat dari segi mana saja, tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5). Kemudian ia menegaskan dan mempertahankan ajaran Injil yang agung tentang pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat, dan mengatasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul dalam pikiran jemaat mengenai ajaran itu. Dan, setelah mengokohkan ajaran yang penting ini, ia menasihati mereka untuk berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus sudah membebaskan mereka, memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap penyalahgunaan kemerdekaan ini, dan memberi mereka sejumlah nasihat dan petunjuk yang sangat perlu. Lalu ia menutup surat ini dengan memberi mereka penjelasan yang adil tentang para pengajar palsu yang sudah menjerat mereka, dan pada sisi lain, tentang tabiat dan perilakunya sendiri. Dalam kesemuanya ini, yang menjadi maksud dan tujuannya yang utama adalah mengembalikan mereka yang sudah disesatkan, memantapkan mereka yang mungkin goyah, dan meneguhkan siapa saja di antara mereka yang tetap mempertahankan kesetiaan dan kelurusan hati mereka.
Galilah: Galatia (Garis Besar)
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F....
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F.F. The Epistle to the Galatians: a commentary on the Greek text. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans Pub. Co. 1982.
De Witt Burton, Ernest. The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971.
Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984.
Cole, R. Alan. Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983.
Dana H.E. & Mantey J.R. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Literatur SAAT. Malang. 2008, 2014.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Gathercole, Simon, J. Galatians, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987.
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Metzger, Bruce M. A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994.
Moo, Douglas. Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Robertson, A. T. Word Pictures in the New Testament. Nashville, TN: Broadman Press. 1933.
Shelley, Bruce. Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008.
Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.
Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996.
Wenham, J W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1993
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah-Istilah Tata Bahasa
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.395 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tense
Tense menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aorist = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan case (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tense, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aorist Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aorist Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aorist Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994. Jilid. 30, Hal. 77–78
2 Douglas Moo, Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013. Pendahuluan.
3 Moo. Kindle Lokasi 517-521.
4 Moo. Kindle Lokasi 1072-1076.
5 R. Alan Cole, Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983. Hal. 29.
6 Cole, Hal. 29.
7 George, Hal. 80.
8 Aorist Aktif Partisip.
9 A. T. Robertson, Word Pictures of the New Testament, ESword. Gal 1:1.
10 Spiros Zodhiates, Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993. Lihat kata nekros.
11 George. Hal. 85.
12 Nubuatan-nubuatan tersebut sangat mirip dengan istilah-istilah yang Paulus gunakan di sini, kalau LXX, PL terjemahan Bahasa Yunani, dilihat.
13 Lihat penjelasan di apendiks.
14 Aorist Medium Subjunktif.
15 Mounce, Lokasi Kindle 2019.
16 Bruce, Hal. 80.
17 Present Aktif Indikatif.
18 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000. Lihat kata metatithemi.
19 Present Medium Indikatif.
20 Moo, Kindle lokasi. 2209.
21 Aorist Aktif Partisip.
22 George. Hal. 94-95.
23 Present Aktif.
24 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata tarasso.
25 Ibid. Lihat kata metastrefo.
26 George. Penjelasan pada Gal 1:7
27 H.E. Dana & J.R. Mantey. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957. Lihat kata alla di halaman 240.
28 Present Medium Subjunktif.
29 Present Aktif Imperatif.
30 Present Medium Indikatif.
31 Cole. Hal. 44.
32 Present Aktif Indikatif.
33 Imperfek Aktif Indikatif dan Imperfek Medium Indikatif.
34 Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996. Hal 695.
35 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata gnorizo.
36 Present Aktif Indikatif.
37 Present Aktif Indikatif.
38 Ibid. Lihat kata apokalypsis.
39 Aorist Aktif Indikatif.
40 Ibid, N. F. Lihat kata anastrofe.
41 Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976. Hal. 19.
42 Imperfek Aktif Indikatif.
43 Imperfek Aktif Indikatif.
44 Imperfek Aktif Indikatif.
45 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Hal. 185–186.
46 Ibid, N. F. Lihat kata perissoteros.
47 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata aforizo.
48 Aorist Aktif Partisip.
49 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. kata eudokeo
50 Moo. Kindle Lokasi 2934-2935.
51 Present Medium Subjunktif.
52 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata euthos.
53 Ibid. Lihat kata prosanatithemi.
54 MacArthur, Hal 1651
55 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata historeo.
56 Yohanes 5:2, 19:13, 19:17, 19:20, dan 20:16
57 Present Aktif Indikatif
58 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata idou.
59 Bruce, Hal. 102.
60 Imperfek Aktif Indikatif.
61 Imperfek Aktif Indikatif.
62 Imperfek Aktif Indikatif.
63 Gathercole, Simon, J. ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. P2246.
64 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata anatithemi.
65 Ibid. Lihat kata dokeo.
66 Present Aktif Subjunktif.
67 Aorist Aktif Indikatif.
68 Aorist Pasif Infinitif.
69 Robertson, lihat penjelasan di Gal 2:4.
70 Aorist Aktif Indikatif.
71 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata diameno
72 Perfek Pasif Indikatif.
73 Lihat penjelasan di Apendiks.
74 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata apostole.
75 Ibid. Kata stylos.
76 Gathercole. P2247.
77 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata anthistemi.
78 Ibid. Kata kataginosko.
79 Lihat di Apendiks
80 Bruce, Hal. 129.
81 Perfek Pasif Partisip
82 Imperfek Aktif Indikatif
83 Imperfek Aktif Indikatif
84 Moo. Kindle Lokasi 3920.
85 Imperfek Aktif Indikatif
86 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata orthopodeo.
87 Moo, Kindle lokasi,4117.
88 Present Aktif
89 Di versi NIV (Bahasa Inggris) bagian ini ada dalam tanda kutip.
90 Moo. Kindle Lokasi 4266.
91 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata oida.
92 Perfek Aktif Partisip
93 George. Jil. 30, hal. 190.
94 Moo. Kindle Lokasi 4532.
95 Perfek Pasif Indikatif
96 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata atheteo.
97 Ibid. Lihat kata dorean.
98 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anoetos.
99 Ibid. Lihat kata baskaino.
100 Perfek Pasif Partisip
101 Ibid. Lihat kata prografo.
102 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
103 Aorist Aktif Indikatif
104 Moo, Kindle lokasi 4953
105 Lihat instrumental use of the Dative Case di The Elements of New Testament Greek, J. W. Wenham, Cambridge University Press, Cambridge. 1993, Hal. 46.
106 Present Medium Indikatif
107 George. Jil. 30, Hal. 213.
108 Moo. Kindle Lokasi 5011.
109 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata epikhoregio.
110 Present, Aktif Partisip
111 1 Makabe 2: 45-64 – Diterjemahkan oleh penulis
112 Lihat: Moo. Kindle Lokasi 5110. George. Jil. 30, Hal. 217–218.
113 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata logizomai.
114 Present Aktif Imperatif
115 Bruce, Hal. 155.
116 Moo. Kindle Lokasi 5212.
117 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata proeidon.
118 Present Aktif Indikatif
119 Moo, Kindle lokasi 5374.
120 Bruce Shelley, Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008. Hal. 32.
121 Present Pasif Indikatif
122 George. Hal. 230.
123 Ibid. Hal. 235.
124 Present Aktif Indikatif
125 Present Aktif Indikatif
126 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata emmeno.
127 Present Aktif Indikatif
128 Present Pasif Indikatif
129 Datif
130 George, Hal. 234.
131 George. Hal. 238
132 Cole. Hal. 99.
133 Cole. Hal. 99.
134 Lihat penjelasan di Apendiks.
135 George. Hal. 244.
136 Moo. Kindle Lokasi 6176.
137 George. Hal. 244.
138 Bruce. Hal. 170
139 Moo. Kindle Lokasi 6198.
140 George. Hal. 248.
141 Perfek Pasif Partisip
142 Terdapat di MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987. Halaman 85. Ada yang mengatakan bahwa Paulus hanya mengutip dari LXX yang agak keliru di ayat ini, tetapi tidak usah kita menyimpulkan begitu, karena penjelasan dari pengulangan perjanjian cukup masuk akal.
143 Lihat di situs: creation.com Maaf, ada dalam bahasa Inggris saja.
144 Present Aktif Indikatif
145 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akuroo dan katargeo.
146 Aoris Aktif Infinitif
147 Ibid. Lihat kata kleronomia.
148 Perfek Medium Indikatif
149 Lihat penjelasan di Apendiks
150 Moo. Kindle Lokasi 6221.
151 Moo. Kindle Lokasi 6372.
152 Cole. Hal. 105.
153 Dari Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal. 76.
154 Moo. Kindle Lokasi 6551.
155 Bruce, F. F. Hal. 180
156 Cole. Hal. 106.
157 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata sugkleio.
158 Aoris Pasif Subjunktif.
159 Ibid. Lihat kata froreo.
160 Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985. Hal. 754.
161 Moo. Kindle Lokasi 6590.
162 NKJV, NAS, NIV
163 Penjelasan ini terdapat dari Pdt. Mike Riccardi MDiv, Th.M, dari Grace Community Church, C.A. Sangat membantu!
164 George. Hal. 267.
165 Hina + Subjunktif.
166 Cole. Hal. 108.
167 Bruce, F. F. Hal. 183–184.
168 Ibid. Hal. 183–184
169 Aoris Medium Indikatif
170 Bruce, F. F. Hal. 187.
171 Present Aktif Indikatif
172 Terjemahan PL dalam bahasa Yunani
173 Bruce, F. F. Hal. 189.
174 Present Aktif Indikatif
175 Bruce, F. F. Hal. 192.
176 Moo. Kindle Lokasi 7004.
177 Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.Edisi 2, Jil. 3, hal. 383)
178 Bruce, F. F. Hal. 192.
179 Bruce, F. F. Hal. 192.
180 Ibid. Hal. 192.
181 Moo. Kindle Lokasi 7113.
182 Perifrastik Pluperfek – Menyangkut cara tidak langsung bicara mengenai sesuatu yang sudah berlalu.
183 Ayat ini disebut protoevangelium oleh para ahli Alkitab, yang berarti ‘Injil Pertama’.
184 George. Hal. 302.
185 Bruce, F. F. Hal. 197
186 Moo. Kindle Lokasi 7275.
187 https://en.wikipedia.org/wiki/Augustus
188 Present Aktif Indikatif
189 Moo. Kindle Lokasi 7313.
190 Bruce, F. F. Hal. 199.
191 Ernest De Witt Burton, The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971. Hal. 224.
192 Moo. Kindle Lokasi 7356.
193 Perfek Pasif Partisip
194 Aoris Aktif Indikatif
195 Moo. Kindle Lokasi 7456.
196 Bruce, F. F. Hal. 202.
197 George. Hal. 313.
198 Aoris Aktif Partisip
199 Aoris Pasif Partisip
200 Present Aktif Indikatif
201 Present Aktif Infinitif dan Present Aktif Indikatif
202 Mounce, Kindle Lokasi 7552-7553.
203 Present Medium Indikatif
204 Present Pasif Indikatif
205 Moo. Kindle Lokasi 7560.
206 Ibid. Kindle Lokasi 7560.
207 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata deomai.
208 Present Medium Imperatif
209 Gathercole. Hal. 2252.
210 Perfek Aktif Indikatif
211 Bruce, F. F. Hal. 209.
212 George. Hal. 324.
213 Moo. Kindle Lokasi 7679.
214 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata makarismos.
215 Ernest De Witt Burton. Hal. 245.
216 Perfek Aktif Indikatif
217 Bruce, F. F. Hal. 211.
218 Ibid. Hal. 211.
219 Bruce, Moo dan Burton, antara lain, semua rasa begitu maknanya.
220 Ada naskah-naskah yang menggunakan kata teknia, yang berarti anak kecil, tetapi tekna dianggap asli karena dipakai secara lebih luas dan juga karena lebih sesuai dengan kebiasaan Paulus.
221 Ernest De Witt Burton, Hal. 248.
222 Moo. Kindle Lokasi 7804.
223 Imperfek Aktif Indikatif
224 Moo. Kindle Lokasi 7822.
225 Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984. Jil. 19, Hal. 23.
226 Robertson. Lihat penjelasan di 4:24.
227 Ernest De Witt Burton, Hal. 256.
228 Present Aktif Imperatif
229 Present Aktif Partisip
230 Moo. Kindle Lokasi 7976.
231 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akouo.
232 Bruce, F. F. Hal. 220.
233 Present Aktif Indikatif
234 Moo. Kindle Lokasi 8264.
235 Aoris Pasif Imperatif
236 Present Aktif Partisip
237 Aoris Aktif Imperatif
238 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eremos.
239 Moo. Kindle Lokasi 8264.
240 Moo. Kindle Lokasi 8344.
241 Robertson. Lihat penjelasan di 4:29.
242 Cole, Hal. 185.
243 Aoris Aktif Imperatif
244 Moo. Kindle Lokasi 8594.
245 Present Aktif Imperatif
246 Present Pasif Imperatif
247 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata enekho.
248 Bruce, F. F. Hal. 226.
249 Moo. Kindle Lokasi 8594.
250 Ean (Kalau) + Subjunktif (disunat). Lihat: Black, D. A. It’s still Greek To Me, Baker, Grand Rapids, 1998. Hal. 145.
251 Future Aktif Indikatif
252 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata martyromai.
253 Present Pasif Partisip
254 Wallace, Hal. 344.
255 Ibid, Hal. 535.
256 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata katargeo.
257 Aoris Pasif Indikatif
258 Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Buku 1. Literatur SAAT. 2008, 2014. Malang. “Jaminan Kekal," Hal. 385-386.
259 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata apekdekhomai.
260 Moo. Kindle Lokasi 8771.
261 Cole, Hal. 193.
262 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata iskhyo.
263 Ibid. Lihat kata energeo.
264 Ibid. Lihat kata trekho.
265 Imperfek Aktif Indikatif
266 Bruce, Hal. 234.
267 Aoris Aktif Indikatif
268 Moo. Kindle Lokasi 8925.
269 Present Pasif Infinitif
270 Present Aktif Partisip
271 Perfek Aktif Indikatif
272 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata tarasso.
273 Future Aktif Indikatif
274 Moo. Kindle Lokasi 9036.
275 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anastatoo.
276 Ibid. Lihat kata apokopto.
277 Moo. Kindle Lokasi 9048.
278 Moo. Kindle Lokasi 9144.
279 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aforme.
280 Present Aktif Imperatif
281 Silva, Hal. 790.
282 Bruce, F. F. Hal. 241.
283 Future Aktif Indikatif
284 Present Aktif Indikatif
285 Bruce, F. F. Hal. 242.
286 Present Aktif Imperatif
287 Kata ini bersifat Aoris Pasif Subjunktif, tetapi supaya lebih mudah dimengerti, bentuk aktif dipakai. Lihat juga TB, yang memakai bentuk aktif.
288 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata analoo.
289 Moo. Kindle Lokasi 9435.
290 Kasus Datif menyangkut obyek tidak langsung dan biasanya membawa arti kepada/oleh/melalui. Lihat Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge Press, Cambridge, 1965. Hal. 9.
291 Wallace. Hal. 162, 165-166.
292 Aoris Aktif Subjunktif
293 Wallace. 1996. Hal. 468-469.
294 Present Aktif Indikatif
295 Present Medium Indikatif
296 Present Aktif Subjunktif
297 Present Pasif Indikatif
298 Moo. Kindle Lokasi 9564.
299 Ibid. Kindle Lokasi 9574.
300 Dikutip langsung dari Moo, hal. 9555.
301 Bruce, F. F. Hal. 247.
302 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
303 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aselgeia.
304 Ibid. Lihat kata farmakeia.
305 Moo. Kindle Lokasi 9625.
306 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
307 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata hairesis.
308 Moo. Kindle Lokasi 9637.
309 Bruce, F. F. Hal. 250.
310 Present Aktif Indikatif
311 Aoris Aktif Indikatif
312 Present Aktif Partisip
313 Future Aktif Indikatif
314 Moo. Kindle Lokasi 9707.
315 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 139.
316 Moo. Kindle Lokasi 9707.
317 Moo. Kindle Lokasi 9740.
318 Silva, Hal. 210.
319 Moo. Kindle Lokasi 9740.
320 Silva, Hal. 210.
321 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 140.
322 Ibid. Hal 140.
323 Bruce, F. F. Hal. 254.
324 Ibid. Hal. 254.
325 Moo. Kindle Lokasi 9792.
326 Aoris Aktif Indikatif
327 Cole, Hal. 223.
328 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994. Hal. 529.
329 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata pathema.
330 Cole, Hal. 223.
331 Moo. Kindle Lokasi 9908.
332 Present Aktif Subjunktif – Bentuk ini sering digunakan sebagai perintah, secara khusus dimana orang mau berkata marilah kita. Lihat penjelasan Hortatory Subjunctive di Wallace, Hal. 464-465.
333 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata kenodoksos.
334 Ibid. Lihat kata prokaleo.
335 Moo. Kindle Lokasi 9964.
336 Artinya begitu kalau artikel tidak dipakai. Lihat penjelasan di Apendiks.
337 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata prolambano.
338 Ibid. Lihat kata katartizo.
339 Present Aktif Imperatif
340 Moo. Kindle Lokasi 10005.
341 Present Aktif Partisip
342 Moo. Kindle Lokasi 10014.
343 Present Aktif Imperatif
344 Future Aktif Indikatif
345 MacArthur, Hal. 1799
346 Present Aktif Indikatif
347 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 148.
348 Present Aktif Indikatif
349 Present Aktif Imperatif
350 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eis.
351 Moo. Kindle Lokasi 10164.
352 Ibid. Kindle Lokasi 10164.
353 Bruce, F. F. Hal. 263.
354 Present Pasif Partisip
355 Present Aktif Partisip
356 Present Pasif Imperatif
357 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 151.
358 Moo. Kindle Lokasi 10252.
359 George, Hal. 423.
360 Future Aktif Indikatif
361 Present Aktif Subjunktif
362 Moo. Kindle Lokasi 10262.
363 Present Aktif Partisip
364 Future Aktif Indikatif
365 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata egkakeo.
366 Present Aktif Subjunktif
367 Wallace. Hal. 632-633.
368 Cole, Hal. 231.
369 Present Medium Subjunktif – Seperti kita lihat di atas, tetapi suara medium, yang menekankan peran pelaku.
370 Aoris Aktif Imperatif
371 Bruce, F. F. Hal. 268.
372 Moo. Kindle Lokasi 10458.
373 Ibid, Kindle Lokasi 10407.
374 Bruce, Hal. 261
375 Moo, Kindle Lokasi 10476.
376 Bruce, Hal. 268.
377 Moo, Kindle Lokasi 10494.
378 Present Pasif Subjunktif
379 Present Pasif Partisip
380 Ibid, Kindle lokasi 10528.
381 Present Aktif Indikatif
382 Bruce, Hal. 270.
383 Present Medium Infinitif
384 Ibid, Hal. 271.
385 Gathercole. Hal. 2256.
386 Perfek Pasif Indikatif
387 Kata eimi (adalah) yang sifatnya Present Aktif Indikatif, tetapi sulit diterjemahkan.
388 Kata canon dalam bahasa Inggris, dipakai untuk menjelaskan prinsip-prinsip/cara-cara di mana kitab-kitab suci dikumpulkan di dalam Alkitab.
389 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 158.
390 Future Aktif Indikatif
391 Bruce, Hal. 275.
392 Moo, Kindle Lokasi 10769.
393 Ibid, Kindle Lokasi 10788.
394 Ibid, Kindle Lokasi 10796. Lihat juga Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal
395 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbit...
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbitkan oleh:
Nulisbuku
www.nulisbuku.com
Penyunting: Michael J. Wewengkang S.Th; MAPC
Desain Sampul: Nulisbuku
Soli Deo Gloria!
Pendahuluan Umum
Bahan ini dimaksudkan untuk membantu orang dalam mempersiapkan pelajaran/khotbah ataupun dalam usaha penerjemahan Firman Tuhan. Tidak dimaksudkan untuk dibacakan saja kepada jemaat, karena bahan ini adalah bahan penelitian, bukan sebuah pelajaran/khotbah.
Terjemahan Alkitab yang dipakai dalam seri Galilah ini, adalah terjemahan literal yang dibuat langsung dari versi bahasa Yunani Nestle Aland. Tujuannya bukan untuk mengganti versi-versi Bahasa Indonesia, ataupun untuk mengutamakan terjemahan literal. Terjemahan literal ini dimaksudkan untuk membantu orang melihat ciri-ciri khas bahasa Yunani, supaya lebih mudah diteliti.
Kalau kita ingin menangani ayat apa saja dari Firman Tuhan dengan baik, harus ada lima macam sudut pandang yang dipikirkan:
- Konteks di dalam Alkitab
- Konteks Sejarah
- Konteks di dalam Penulisan
- Pengertian Arti kata dan Tata Bahasa
- Penerapan Praktis
Konteks dalam Alkitab menyangkut peran ayat yang diteliti di dalam keseluruhan dari wahyu Allah. Jadi sebelum orang menyimpulkan sesuatu, penafsirannya harus dicek dengan bagian-bagian lain di Alkitab yang terkait dengan topik itu. Di buku pedoman ini akan sering dibaca referensi silang, supaya saudara dapat mengerti dan menerapkan dengan baik setiap bagian yang diteliti. Harap saudara mencari lebih banyak referensi.
Kalau kita ingin mengerti dengan benar apa yang dimaksudkan penulis, kita harus mengerti Konteks Sejarah. Langkah ini adalah melakukan penelitian pada budaya setempat, penanggalan kitab, dan peristiwa sejarah yang mungkin berdampak, juga apa yang diketahui mengenai penulis dan tokoh-tokoh di dalam kitab tersebut. Di buku pedoman ini, sering akan ada referensi pada sejarah dan budaya.
Sering kali, salah paham terjadi apabila orang hanya mendengar sebagian dari perkataan orang dan tidak mendengar keseluruhan dari wacananya. Hal ini bukan hanya mengakibatkan banyak salah paham, tetapi bahkan doktrin yang keliru.
Dalam hal penafsiran Firman Tuhan. Setiap ayat di Alkitab harus dimengerti menurut Konteks di dalam Penulisan. Sebelum bagian Firman Tuhan diteliti di buku ini, selalu akan ada garis besar, tema dan sub tema, hal ini untuk menjaga supaya tidak mungkin lari dari konteks.
Pengertian Arti Kata dan Tata Bahasa juga sangat penting. Setiap bahasa mempunyai tata bahasa, muatan kata dan kiasan-kiasan yang cukup unik dan indah. Jadi kalau kita ingin menerjemahkan ataupun mengerti suatu ayat, kita perlu mengerti struktur dan maksud dari bahasa sumber itu. Oleh karena itu, bahan ini menjelaskan muatan kata, arti kiasan dan juga secara sederhana menjelaskan tata bahasa. Kalau orang mau belajar lebih dalam mengenai tata bahasa Yunani, ada bagian Apendiks di belakang yang menyediakan penjelasan.
Allah tidak hanya menghendaki gerejanya mengerti Firmannya, Dia ingin supaya Firman itu mengubahkan kita. Oleh karena itu pengajaran Firman Tuhan harus ada Penerapan Praktis yang mengalir dengan alami dan tepat dari bagian yang dipelajari. Penerapan-penerapan di pedoman ini ditandai dengan lambang panah. Ini tidak dimaksudkan menjadi keharusan, melainkan usulan saja dan dorongan untuk saudara memikirkan penerapannya bagi jemaat.
Galilah!
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Fi...
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Firman Tuhan karena dia sangat terkenal. Ada satu penulis dari abad yang kedua yang menulis apa yang pernah dia dengar mengenai rasul ini:
Dia adalah orang yang cukup kecil badanya, yang kepalanya botak dan kakinya bengkok. Dia kuat secara fisik, alis matanya bertemu di tengah dan hidungnya bengkok. Dia penuh keramahan, yaitu, satu saat dia kelihatan seperti manusia, tetapi saat lain tampil seperti malaikat.1
Kata Galatia mempunyai dua arti pada waktu Paulus menulis suratnya, yaitu provinsi Galatia dan etnis Galatia. Kemungkinan besar yang dimaksudkan Paulus di surat ini adalah Provinsi Galatia, yang dia kunjungi dua kali dalam Perjalanan Misi pertamanya. Gereja-gereja yang ditanam di sana termasuk Antiokhia di Pisidia (Kis 13:14-50), Ikonium (Kis 13:51-14:7), Listra (Kis 14:8-19) dan Derbe (Kis 14:20-21). Memang masuk akal melihat beberapa gereja ini karena surat Galatia adalah surat satu-satunya di mana Paulus berkata bahwa dia menulis kepada beberapa gereja di satu provinsi.(Gal 1:2)2 Tidak ada bukti sedikitpun bahwa Paulus menanam gereja di bagian Galatia etnis yang terletak agak ke utara.
Kemungkinan besar Paulus menulis surat ini sebelum Sidang Besar yang diadakan di Yerusalem (Kis 15), karena kalau orang Galatia mengalami tekanan dari partai sunat dan Paulus ditugaskan membawa surat hasil Sidang, mengapa surat itu tidak dikutip sedikitpun dalam surat ini? Itu sebabnya lebih baik kita simpulkan bahwa Paulus menulis sesudah dia pulang dari Perjalanan Misi yang pertama sebelum dia diutus ke Yerusalem. (48 Masehi)3 Kalau begitu, sangat masuk akal juga mengapa dia katakan bahwa mereka “begitu lekas berbalik” karena pengaruh dari partai sunat – Memang cepat!
Tema dari surat Galatia adalah keselamatan yang diperoleh hanya melalui iman saja, bukan hasil perbuatan baik. Kita harus mengingat bahwa penjangkauan di antara orang non-Yahudi masih cukup baru bagi gereja mula-mula ini. Jadi tentu saja ada proses di mana gereja yang dari mulanya mengalir dari agama Yahudi, harus membahas peranan Hukum Taurat dalam kehidupan mereka sebagai orang percaya. Oleh ilham Allah, kesimpulan yang Paulus tulis adalah, Hukum Taurat tidak menyelamatkan, atau tidak membenarkan. Fungsinya Hukum Taurat adalah untuk menyoroti dosa. Sebenarnya fungsinya sama di Perjanjian Lama, tetapi orang yang berdosa pada masa tersebut, boleh membawa korban ke bait Allah untuk dipersembahkan menebus dosa mereka. Jadi pada masa Perjanjian Lama pun, terlihat bahwa iman yang menyelamatkan. Masalanya adalah dengan Kristus memberi diri menjadi Korban Penebusan satu kali untuk selama-lamanya, sistem pengorbanan di Bait Allah menjadi usang, sehingga Allah tidak lagi menerima korban tebusan. Jadi kalau orang berusaha kembali kepada ketetapan-ketetapan Perjanjian Lama sebagai dasar pembenaran, maka mereka hanya menemukan Hukum Taurat tanpa sistem pengorbanan, sehingga hanya menjadi nyata bahwa mereka orang berdosa dan tidak ada jalan keselamatan.4 (Ibr 8:6-13) Sebagai penerapan dari tema besar ini, dari Gal 5 Paulus mulai bicara mengenai kebebasan kita di dalam Kristus dan pelayanan Roh Kudus di dalam orang percaya, menurut pengertian yang terdapat di nubuatan-nubuatan yang sangat jelas mengenai Perjanjian Baru, yaitu Yeremia 31:31-34 dan Yehezkiel 36:25-27, yang menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang menjadi kekuatan dan dorongan di dalam diri orang percaya, sehingga dia hidup berkenan kepada Allah. Dari segi gaya, surat ini sering disebut sebagai draf daripada surat Roma, karena begitu mirip isinya.5
Ada yang menganggap bahwa Paulus bertentangan dengan Yakobus di surat ini, tetapi kalau menggali lebih dalam mengenai hubungan mereka dan maksud penulisan, ternyata mereka teman, yang sangat setuju mengenai jalan keselamatan. Di Gal 1:19 kita lihat bahwa Paulus mengenal Yakobus, lalu di Gal 2:9-10 Paulus memberi kesempatan untuk para sokoguru jemaat memberi masukan pada Injil yang dia sampaikan. Tentu kalau Yakobus tidak setuju mengenai keselamatan oleh iman saja, dia pasti protes. Tetapi yang kita lihat di sana adalah persetujuan, persekutuan, bahkan pengutusan dan tambahan yang mereka usulkan hanya menyangkut pelayanan kepada orang miskin saja. Ada salah paham mengenai Gal 2:12, seolah-olah Yakobus mengutus orang untuk memata-matai kebebasan orang percaya di Antiokhia, tetapi bukan itu yang dicatat di sana. Petrus hanya mengantisipasi apa yang akan terjadi ketika kabar ini sampai di telinga partai sunat di Yerusalem, yang juga berselisih pendapat dengan Petrus waktu dia kembali dari pelayanannya kepada Kornelius. (Kis 11:2-3) Kita juga lihat di surat hasil Sidang Yerusalem, yang menurut ahli-ahli bahasa, ditulis oleh Yakobus, berbunyi begini:
Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami,yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. (Kis 15:24)
Kita juga perlu memperhatikan bahwa maksud Paulus dengan menggunakan kata dibenarkan (dikaioo), berbeda daripada Yakobus, yang menulis sebelumnya. Pada waktu itu, kata tersebut paling sering membawa pengertian dibukti benar, tetapi Paulus menggunakannya menurut pengertian yang lain, di mana itu boleh berarti dibuat benar. Jadi ketika Paulus menggunakan kata ini di surat Galatia, maksudnya adalah orang berdosa dibuat benar dengan cara percaya saja dalam Kristus. Tetapi Yakobus berkata bahwa Abraham, 30 tahun sesudah dia dibuat benar,(Kej 15:6, Rom 4:1-5) dibukti sebagai orang benar ketika dia siap mengorbankan Ishak. (Kej 22, Yak 2:21-23) Jadi sebenarnya tidak ada pertentangan sedikitpun antara mereka, dalam hal pembenaran. Sama juga kalau kita meneliti pikiran mereka mengenai peran dari Hukum Taurat. Kalau Paulus bicara mengenai peran Hukum, itu berkaitan dengan keselamatan, di mana Hukum tersebut tidak menjadi jalan keselamatan, melainkan menyatakan dosa sehingga orang berseru kepada Sang Penebus. Kalau Yakobus bicara mengenai Hukum Taurat, itu menyangkut orang yang sudah percaya, di mana Hukum tersebut menyatakan dosa yang masih ada pada mereka supaya mereka bisa mengaku dan mengalami perubahan, dan dengan demikian itu boleh disebut sebagai “Hukum yang Memerdekakan”. (Yak 1:25, 2:12) Kalau kita memperhatikan perkataan Paulus di 2 Tim 3:16, ternyata dia setuju juga. Yang sangat indah di surat ini adalah kita melihat hati dan pengalaman Paulus, dicatat langsung oleh dia dalam Gal 1 dan 2, yang memperkaya wawasan kita mengenai rasul ini.
Jerusalem: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas
mendjeladjah Siprus, la...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas mendjeladjah Siprus, lalu menjeberang ke Asia-Ketjil, mendarat di Perge, di Pamfilia, lalu mula-mula pergi keutara sampai ke Antiochia di Pisidia, kemudian ketimur dan mendirikan umat-umat di Ikonium, Listra dan Derbe, tiga kota besar didaerah Likaonia. Likaonia dewasa ini merupakan bagian selatan dari propinsi Romawi, jang disebut "Propimi Galatia".
Pada perdjalanan kedua, (Kis.Ras. 15:36-18:22) Paulus dan Silas memilih djalan darat, dan melalui Siria dan Silisia mereka datang ke Likaonia pula, lalu mengundjungi umat-umat disitu jang berkembang pesat dan "meneguhkan iman" umat- umat itu.
Dari Likaonia Paulus bermaksud berdjalan ke Barat, tetapi Lukas mentjatat: mereka "ditjegah oleh Roh Kudus, lalu pergi keutara dan melintasi Frigia dan daerah Galatia". Demikian tjatatan Lukas jang sangat pendek. Tetapi Paulus tidak "melintasi" begitu sadja, tanpa mengadjar dan mendirikan umat-umat. Bdl. Kis. Ras. 18:23. Tentu pada kundjungan itu terdjadi apa jang kita batja dalam surat "kepada umat-umat Galatia" ini 4:13-15.
Jang dimaksudkan Lukas dengan "daerah Galatia", tentu bagian utara dari propinsi Galatia asli, jang sebelum didjadjah oleh orang Romawi merupakan satu keradjaan berdaulat. Penduduknja adalah imigran dari Eropah-Barat, Daerah Galia, jang sekarang masuk negeri Perantjis. Sesampai di Asia-Ketjil mereka masuk tentara seorang radja disitu, dan sesudah perang, karena djasanja jang istimewa, mereka diberi sebagian dari wilajah radja itu, untuk didjadikan keradjaan berdaulat bagi mereka sendiri.
Ada buktinja tjukup bahwa dengan "umat-umat Galatia" dalam djudul surat ini dimaksudkan Galatia jang asli itu, jaitu bagian utara dari propinsi Romawi jang disebut Galatia.
Umat-umat itu dikundjungi Paulus djuga pada perdjalanannja jang ketiga (Kis. Ras. 18:23). Setelah "diteguhkannja iman" umat-umat disitu ia pergi kearah barat, lalu menetap dua tiga tahun lamanja di Efesus, pusat penting untuk pemakluman Indjil dan pemimpinan segala umat di Asia-Ketjil, Achaja dan Masedonia.
Rupanja di Efesus Paulus mendapat kabar, bahwa umat-umat di Galatia didatangi pengadjar-pengadjar dari Palestina, jang mengadjarkan bahwa orang-orang bukan Jahudi jang bertobat wadjib disunat dan mengikuti hukum dan adat-istiadat Jahudi, kalau mau diselamatkan. Paulus djengkel dan gelisah dan segera menulis surat ini. Pada kundjungan jang pertama dari Paulus, umat-umat disitu menjambut Indjil dengan gembira dan belum ada kesulitan-kesulitan. Tetapi pada kundjungannja jang kedua, Paulus sudah terpaksa memperingatkan mereka, supaja waspada terhadap pengadjar-pengadjar palsu. Lih. 1:9. Dan jang dichawatirkan pada kundjungan jang kedua mendjadi kenjataan. Saudara-saudara palsu itu bukan sadja mengandjurkan persunatan dan penganutan hukum taurat, melainkan djuga mempersalahkan adjaran Paulus dan menandaskan bahwa ia bukan rasul sedjati dan "Indjil" nja tidak benar. Dan dari isi dan suasana tulisan Paulus kini kita mendapat kesan, bahwa sudah ada anggota-anggota jang pertjaja akan adjaran- adjaran dan pefitnahan pengadjar-pengadjar Jahudi tersebut,serta menganut mereka. Kita mengerti bahwa harena kabar itu Paulus sangat tjemas malah gelisah, kalau-kalau umat-umat tertjinta itu tersesat dari kebenaran Indjil dan didjauhkan dari Paulus dan Kristus. Lagi pula beban orang jang telah bertobat terlalu diberatkan, tanpa faedah sedikitpun, kalau mereka mengikuti andjuran- andjuran orang-orang Jahudi itu, dan tentu pertobatan orang-orang jang belum masuk umat sangat disukarkan. Ketjemasan dan kegelisahan Paulus tampak sekali dalam surat. Tak ada suratnja jang lain, jang begitu hebat gajanja. Tetapi jang tampak njata sekali pula ialah, bahwa kegelisahan dan kedjengkelan Rasul, djuga kalau ia membela diri, bukan karena ia merasa tersinggung kehormatannja, melainkan semata-mata berpokok pada tjinta kerasulan jang mesra kepada umat Kristus jang tertjinta, jang terantjam kesetiaannja dan kemurnian imannja. pembelaan kewibawaan untuk mempertahankan pengaruh kerasulannja memang menondjol dalam seluruh surat, tetapi, terdapat didalamnja djuga adjaran-adjaran pokok dan pengertian-pengertian keagamaan jang penting sekali, mengenai hakekat dan sjarat-sjarat keselamatan, dalam Kristus. Adjaran-adjaran itu didalam surat ini tegas dan tepat, tetapi ringkas, jang kemudian diuraikan dengan pandjang lebar sebagai atjara pokok dalam surat kepada umat Roma.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) PASAL 6
HIDUP ORANG KRISTEN (BAGIAN 2)
Pembahasan Paulus tentang hidup orang Kristen dalam 5:2-6:10 berakhir dengan perintah untuk menjadi orang ya...
PASAL 6
HIDUP ORANG KRISTEN (BAGIAN 2)
Pembahasan Paulus tentang hidup orang Kristen dalam 5:2-6:10 berakhir dengan perintah untuk menjadi orang yang berguna bagi orang Kristen lainnya (6:1-10). Dengan tangannya sendiri, rasul itu mengakhiri suratnya dengan pernyataan terakhirnya, mendorong orang-orang Kristen Galatia untuk setia kepada Tuhan (6:11-18).
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Praktik Memulihkan Saudara-Saudara (Galatia 6:1)
Dalam 6:1, Paulus berfokus pada cara di dalam mana orang Kristen harus menjalankan bisnis Allah dala...
Praktik Memulihkan Saudara-Saudara (Galatia 6:1)
Dalam 6:1, Paulus berfokus pada cara di dalam mana orang Kristen harus menjalankan bisnis Allah dalam memulihkan seorang saudara yang telah jatuh ke dalam dosa. Apa pun dosanya, sikap pemulih itu harus seperti sikap Yesus, yang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang sesat. Di mana ada kasih, tidak ada keinginan untuk menghukum atau mengusir seorang saudara yang terluka oleh dosa. Sebaliknya, orang Kristen yang penuh kasih akan termotivasi oleh semangat untuk "memulihkan orang seperti itu ke dalam roh yang lemah lembut."40
Jenis ancaman macam apa sajakah yang mungkin membahayakan orang Kristen yang sedang mencoba untuk memulihkan seorang saudara yang telah berdosa? Paulus tidak mengatakannya, tapi kita dapat memikirkan beberapa perangkap dalam situasi yang sangat rumit itu. Di antara banyak kemungkinan, yang berikut ini harus dihindari:
Gagal membuat persiapan yang rohaniah dan penuh doa Membiarkan hubungan pribadi yang simpatik dengan orang berdosa dapat mengaburkan objektivitas si pemulih. Mereka yang menghadapi saudara yang bersalah harus dapat menilai kerusakan yang dilakukan oleh dosanya terhadap gereja dan terhadap nama Tuhan yang kudus.
Mengekspresikan semangat atau kejengkelan yang meluap-luap dapat ditafsirkan sebagai ketidaksabaran atau kemarahan. Tampilan semacam itu dapat mengeraskan hati orang berdosa dan mendorong timbulnya perlawanan atau pemberontakan dari dirinya.
Si Penasihat menunjukkan tampilan yang sifatnya sombong atau berpuas diri. Melupakan bahwa semua pihak yang terlibat adalah rombongan orang berdosa yang sama-sama bergantung pada rahmat dan belas kasih Allah. Gagal dalam bidang mana saja dari area ini akan menghalangi usaha untuk menggapai saudara yang suka melawan di dalam gereja. Ini adalah tugas yang harus merendahkan secara mendalam semua orang yang terlibat. Pendekatan yang salah dapat menghancurkan kesempatan untuk memenangkan kembali jiwa itu kepada pelayanan dan persekutuan Kristen yang setia.
Saran-saran ini harus diterapkan tidak hanya dalam kontak awal dengan anggota yang telah dikuasai oleh dosa, tetapi juga dalam peringatan-peringatan berikutnya dan pelbagai nasihat. Roh pendekatan yang penuh kasih harus selalu sama. Orang Kristen yang berbuat salah harus ditangani sebagai ungkapan keprihatinan Allah dan gereja, dengan tujuan yang sungguh-sungguh untuk mengupayakan keselamatan orang berdosa itu. Namun begitu seberapa kasih dan sabar pun kita berusaha untuk mencapai tujuan ini, pada akhirnya hati orang berdosa itulah yang harus merespons.
Menarik Diri Dari Persekutuan (Galatia 6:1)
Ketika gereja mencoba untuk memulihkan seorang saudara atau saudari yang telah berdosa, terkadang orang tersebut menolak untuk bertobat. Dalam kasus seperti itu, upaya yang diulang-ulang harus dilakukan untuk membawa orang Kristen itu kembali kepada kawanan. Jika orang itu tidak menanggapi teguran pertama, maka sesama orang Kristen lainnya harus dengan penuh kasih menghadapi anggota yang melawan itu (lihat Mat. 18:15-17; Yak. 5:19, 20). Jika semua usaha gagal, maka disiplin gereja harus dilakukan. Perintah ini masih mengikat gereja sekarang ini. Itu adalah tanggung jawab yang tidak hanya jatuh ke atas para pimpinan gereja, tetapi juga ke atas seluruh jemaat itu.41Ketika para anggota tidak bersedia untuk mendukung tindakan ini, maka tujuan yang diinginkan tidak akan terlaksana.
Persekutuan harus ditarik dari anggota mana saja yang hidup dalam dosa yang membahayakan bukan hanya dirinya sendiri tetapi juga kemurnian dan integritas seluruh gereja. Paulus menanya gereja di Korintus, "Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan?" (1 Kor. 5:6b). Dosa saudara itu dalam nas itu sangat memalukan. Ia melakukan hubungan seksual dengan istri ayahnya, mempraktikkan "percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah" (1 Kor. 5:1). Dengan tidak meninggalkan keraguan tentang kiasannya, Paulus meminta agar mereka "[membuang] ragi yang lama" untuk "menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi" (1 Kor. 5:7). Untuk memastikan bahwa maknanya dipahami, ia bicara dengan jelas, mengingatkan saudara-saudara itu bahwa ia telah menginstruksikan mereka sebelumnya "supaya kamu jangan bergaul [sunanami/gnumi, sunanamignumi] dengan orang-orang cabul" (1 Kor. 5:9). Kata Yunani itu mengandung gagasan bahwa mereka tidak boleh "bergaul" atau "berhubungan dengan" orang seperti itu.
Banyak anggota jemaat sekarang ini tidak pernah mengalami penarikan diri dari persekutuan komunal seperti itu. Jika mereka pernah, situasinya hampir pasti melibatkan beberapa kasus percabulan yang memalukan. Namun begitu, instruksi Paulus tidak terbatas pada kasus-kasus yang melibatkan percabulan. Bersama dengan "orang cabul," ia juga menyebut orang kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk, dan penipu (1 Kor 5:11). Ia mengakhiri dengan sebuah perintah yang tidak dapat disalahartikan: "Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu" (1 Kor. 5:13).
TFTWMS: Galatia (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Saksi-saksi tekstual bagi Yohanes 7:53-8:11, naskah-naskah Yunani di mana itu ditemukan, umumnya tidak dianggap sebagai yang tertu...
Catatan Akhir:
- 1 Saksi-saksi tekstual bagi Yohanes 7:53-8:11, naskah-naskah Yunani di mana itu ditemukan, umumnya tidak dianggap sebagai yang tertua dan terbaik. Bagaimanapun, nas ini ditemukan dalam beberapa naskah Latin dan Siria yang tertua. Itu juga muncul di hampirdi semua terjemahan bahasa Inggris kita saat ini.
- 2 Kenneth L. Boles, Galatians & Ephesians, The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1993), 160.
- 3 Robert L. Johnson, The Letter of Paul to the Galatians, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 166.
- 4 Lihat Rom. 15:1; 1 Kor. 8:13; 2 Kor. 11:28, 29; Gal. 6:1.
- 5 Lihat Rom. 12:3; 1 Kor. 8:2; 2 Kor. 10:12, 18.
- 6 Johnson, 167.
- 7 Xenophon Memorabilia 3.13.6.
- 8 Paulus tidak menerima dukungan keuangan dari masyarakat setempat saat ia berkhotbah di kota tertentu (1 Kor. 9:18). Ia ingin memberi contoh kerja keras dengan tangannya sendiri untuk mereka tiru (Kisah 20:33-35; 1 Tes. 2:9; 2 Tes. 3:7-9), dan untuk menghindari pelbagai kecaman palsu bahwa ia hanya seorang pembicara sewaan. Ketika pelbagai pertimbangan ini tidak dipertanyakan, Ia menerima dukungan dari jemaat-jemaat di kota-kota lain (2 Kor. 11:7-9; Fil. 4:10-20).
- 9 Lihat 1 Kor. 3:18; Efe. 5:6; 2 Tes. 2:3; 1 Yoh. 3:7.
- 10 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 660.
- 11 Ben Witherington III, Grace in Galatia: A Commentary on St Paul's Letter to the Galatians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 431.
- 12 Richard N. Longenecker, Galatians, Word Biblical Commentary, vol. 41 (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1990), 280-81.
- 13 Bauer, 272. Definisi lain yang mungkin adalah "ketakutan di hadapan kesulitan yang besar." (Lihat Luk. 18:1; 2 Kor. 4:1, 16; Efe. 3:13; 2 Tes. 3:13.)
- 14 Ibid., 694.
- 15 Bentuk leksikal kata kerja ini adalah gra÷fw (graphō), yang berarti "menulis."
- 16 Penggunaan ini dapat dibandingkan dengan awal sebuah surat dengan kata "Yang kekasih." Banyak dari kita saat ini menggunakan gaya sapaan ini, bahkan ketika menulis kepada orang-orang yang tidak kita kenal secara pribadi.
- 17 Meski tidak jelas dalam NASB, Tertius menggunakan sebuah aorist epistolary dalam Roma 16:22 seperti yang Paulus lakukan dalam Galatia 6:11. Perbedaan utamanya adalah bahwa Tertius menggunakan bentuk partisip ketimbang kata kerja indikatif.
- 18 "Huruf-huruf besar" Paulus oleh berbagai pakar telah dikaitkan dengan "tangan[nya] yang seorang buruh" "kegagalan penglihatan[nya]," atau keinginan untuk "menekankan maksudnya" (Boles, 168).
- 19 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2nd ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 121.
- 20 Dikenal sebagai "Silas" dalam Kisah Para Rasul 15:22-18:5, "Silwanus" mungkin menjabat sebagai juru tulis Paulus untuk surat Tesalonika (lihat 1 Tes. 1:1; 2 Tes. 1:1). Ia mungkin orang yang sama yang menjabat sebagai juru tulis Petrus dalam 1 Petrus 5:12.
- 21 Lihat 1 Kor. 16:21; Kol. 4:18; Filem. 19. Tulisan tangan Paulus sendiri dalam Filemon 19 melayani dua tujuan: Itu memvalidasi surat itu dan berfungsi sebagai tanda tangannya pada surat kesanggupan (untuk mengkompensasi Filemon atas kerugian yang disebabkan oleh Onesimus).
- 22 Leon Morris, The Epistles of Paul to the Thessalonians, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1956), 151.
- 23 Bauer, 411.
- 24 Lihat Kisah 2:38, 39; Rom. 2:28, 29; 9:6-8; Kol. 2:11-14.
- 25 F. F. Bruce, The Epistle to the Galatians, The New International Greek Testament Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 269.
- 26 Cicero In Defense of Rabirus 5.16.
- 27 J. B. Lightfoot, The Epistle of St. Paul to the Galatians, Classic Commentary Library (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1957), 223. Bruce juga berpendapat bahwa di sini "salib itu" kemungkinan besar mendahului kata ganti orang. (Bruce, Galatians, 271.)
- 28 Lihat Rom. 14; 15; 1 Kor. 8:1-13; 10:31-33.
- 29 "Air" dalam Yohanes 3:5 adalah memang air, dan tidak ada cara yang logis untuk membuat itu berarti apa saja kecuali air. Baptisan Alkitabiah adalah sebuah "penguburan" di dalam air (Rom. 6:4; Kol. 2:11, 12). Ini jelas cara baptisan Tuhan sendiri, cara pekerjaan persiapan Yohanes Pembaptis, dan cara dari banyak contoh baptisan Amanat Agung yang ditemukan dalam Kisah Para Rasul. Kita bergetar terhadap mereka yang memberitakan injil Kristus sekarang ini dan tetap diam tentang hal ini atau mencari interpretasi yang sangat imajinatif yang dirancang untuk meluputkan diri apa yang para rasul Yesus ajarkan dan praktikkan.
- 30 Lihat Penerapan: Kanon dalam pelajaran ini.
- 31 Seperti NASB, banyak versi lain bahasa Inggris menerjemahkan kai khusus ini sebagai "dan" dalam 6:16 (KJV; ASV; NKJV; NAB; NJB; NEB; GNT; NRSV; CJB; ESV).
- 32 Bauer, 495; F. Blass and A. Debrunner, A Greek Grammar of the New Testament and Other Early Christian Literature, trans. and rev. Robert W. Funk (Chicago: University of Chicago Press, 1961), 228 (no. 442.9).
- 33 Ungkapan itu dapat juga diterjemahkan sebagai "yaitu, Israel milik Allah" atau "yaitu Israel milik Allah." Versi-versi lainnya tiba pada arti yang sama dengan menghilangkan kata sambung itu (RSV; REB; CEV; NLT).
- 34 R. Alan Cole, The Epistle of Paul to the Galatians, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1965), 183-84.
- 35 Justin Martyr Dialogue with Trypho 11.
- 36 John Chrysostom Commentary on Galatians 6.15, 16.
- 37 Acuan lain yang memungkinkan untuk gereja sebagai "Israel" ditemukan dalam Roma 11:26, meski penafsiran nas ini adalah sulit.
- 38 Longenecker, 300.
- 39 Tampaknya, para budak yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi tidak dicap. Namun begitu, mereka yang rela untuk memilih menjadi budak untuk hidup "telinganya ditandai" dengan menusuk satu telinganya dengan alat tusuk (Kel. 21:5, 6; Ula. 15:16, 17).
- 40 Sikap "kehalusan" (prautēs), yang juga diterjemahkan "lemah lembut" atau "kerendahan hati," diperlukan bagi mereka yang menangani masalah yang begitu sensitif dan serius seperti disiplin gereja. Seperti disebutkan sebelumnya, kata Yunani untuk "memulihkan" (katartizō) pada dasarnya berarti "meletakkan dengan cara yang benar," untuk "memperbaiki" apa yang pecah atau sobek, seperti ketika Yakobus dan Yohanes sedang "memperbaiki jala mereka" setelah memancing (Mat. 4:21). Penerapan rohaninya muncul dalam 1 Korintus 1:10 dan 1 Tesalonika 3:10, di mana itu mengacu kepada hubungan dalam gereja yang butuh "perbaikan" sehingga umat Tuhan dapat berfungsi dengan baik dan mencapai misi mereka di dunia. Sama seperti jala tidak akan mengumpulkan ikan jika robek, gereja juga tidak akan dapat memenuhi agenda ilahi tentang "menjala" manusia jika persekutuannya itu dikoyak oleh perpecahan dan semangat golongan (lihat Mat. 5:14-16; Yoh. 13:34, 35).
- 41 Mengenai disiplin gereja dan penarikan diri dari persekutuan, lihat 1 Kor. 5:5, 11; 2 Tes. 3:6, 13-15; Tit. 3:9-11; 2 Yoh. 9, 10.
- 42 Alkitab NASB, serta banyak versi lain, menerjemahkan kedua frasa ini dengan artikel kata sandang pasti "itu," meski itu tidak ada dalam teks Yunani.
- 43 Henry George Liddell and Robert Scott, A Greek-English Lexicon, 9th ed., rev. and aug. with supplement, rev. Henry Stuart Jones and Roderick Jackenzie (Oxford: Clarendon Press, 1968), 570.
- 44 W. Gutbrod, " e¡nnomoß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 4:1087.
- 45 Lihat Mat. 22:36-40; Yoh. 13:34, 35; Rom. 13:8-10; Yak. 2:8, 12.
- 46 Lihat Mat. 16:27; 25:31-46; 2 Kor. 5:10; Efe. 6:5-9; Why. 20:11-13; 22:12.
- 47 W. Gutbrod, " ajnomi÷a," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 4:1086.
- 48 Lihat Mat. 7:12; 22:36-40; Rom. 13:8-10.
- 49 Lihat Kisah 2:44-47; 4:32-37; 6:1-6.
- 50 Fred A. Fillmore, "Sowing the Seed of the Kingdom," Songs of Faith and Praise, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 51 Knowles Shaw, "Bringing in the Sheaves," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 52 Lihat Gal. 1:6-10; Rom. 16:17; 1 Tim. 6:3-5; 2 Yoh. 10.
- 53 Lihat Rom. 14:1-15:7; 1 Kor. 8:1-13; 10:23-33.
- 54 Lihat Kisah 24:17; Rom. 15:25-28; 1 Kor. 16:1, 2; 2 Kor. 8; 9.
- 55 Lihat Yes. 22:22; Mat. 16:18, 19; Kisah 2:14, 37-41.
- 56 Lihat Ula. 10:12-16; 30:4-6; Yer. 9:25, 26; Fil. 3:2, 3; Kol. 2:11-14.
- 57 Meski Gereja Ortodoks Yunani memahami baptisan secara benar sebagai pembenaman saja, namun para anggotanya sering membaptis orang yang salah (anak-anak bayi yang tidak berdosa dan tidak dapat untuk percaya).
- 58 Lihat Rom. 6:1-8; Gal. 3:26-29; Kol. 2:9-13.
- 59 Lihat Kisah 2:21, 37-41; 22:16; 1 Kor. 6:11; Ibr. 10:19-23.
- 60 Ungkapan ini muncul dalam teks Yunani 1 Korintus 10:18. Gagasan ini juga ditemukan dalam Galatia 4:23, 29.
- 61 D. A. Carson, Douglas J. Moo, and Leon Morris, An Introduction to the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1992), 487.
- 62 Ibid., 492.
- 63 F. F. Bruce, The Canon of Scripture (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1988), 158-61.
- 64 Eusebius Ecclesiastical History 3.3.
- 65 Athanasius Letter 39.5.
- 66 Bruce, Canon, 232-33.
Pengarang: Jack McKinney
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Pelajaran Khusus: "Hukum Kristus" (Galatia 6:2)
Di luar Galatia 6:2, ungkapan "hukum Kristus" hanya muncul dalam 1 Kor. 9:21 di d...
Pelajaran Khusus: "Hukum Kristus" (Galatia 6:2)
Di luar Galatia 6:2, ungkapan "hukum Kristus" hanya muncul dalam 1 Kor. 9:21 di dalam Perjanjian Baru. Alkitab NASB menerjemahkan teks terakhir itu, "Untuk mereka yang tanpa hukum, [aku menjadi] seperti tanpa hukum, meski tidak tanpa hukum Allah, tetapi di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tanpa hukum" (huruf miring ditambahkan). Alkitab NLT menulis "… aku tidak mengabaikan hukum Allah; aku mematuhi hukum Kristus." Paulus, sebagai orang Kristen Yahudi, menjangkau orang-orang bukan Yahudi dengan pesan Kristus yang menyelamatkan. Ia menganggap dirinya sebagai "tidak tanpa hukum Allah," melainkan sebagai subjek "hukum Kristus."42
Ungkapan "di bawah hukum Kristus" (e¡nnomoß Cristouv, ennomos Christou) dalam 1 Korintus 9:21 dipahami oleh banyak komentator sebagai berarti "di bawah injil." "Hukum Kristus" adalah seluruh pesan Perjanjian Baru—bukan hanya "injil inti" tentang kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus (1 Kor. 15:1-4). Menurut penafsiran ini, itu mengacu kepada semua berkat, janji-janji, tanggung jawab, dan doktrin-doktrin yang dicakup oleh Perjanjian Baru—seluruh "kebenaran" yang dijanjikan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya (Yoh. 16:12, 13). Namun begitu, ada keraguan bahwa Paulus menggunakan frasa "hukum Kristus" dalam pengertian itu. Lebih mungkin, ia memilih kata "hukum" sebagai pembeda dengan Taurat, perjanjian lama.
Juga, "di bawah" mungkin bukan preposisi yang tepat untuk digunakan dalam menerjemahkan frasa Yunani itu. Kata ennomos terdiri dari preposisi ejn (en, "dalam") dan kata benda no÷moß (nomos, "hukum"); itu telah didefinisikan sebagai "memelihara hukum," "benar," "adil," dan "tunduk pada hukum."43Ennomos adalah kebalikan dari a¡nomoß (anomos, "tidak memiliki hukum"); itu berarti "menurut hukum." Ketika digunakan untuk manusia, itu menggambarkan individu yang "benar" atau "saleh."44
Sebagai seorang penulis, Paulus sangat berhati-hati tentang kata-kata yang ia gunakan. Dalam banyak kasus, ia bicara tentang berada "di bawah hukum" atau "di bawah hukum Taurat"; dan jika ia ingin mengatakan bahwa ia berada "di bawah hukum" Kristus, ia dengan sangat mudahnya dapat menggunakan istilah umum uJpo no÷mon (hupo nomon) atau sesuatu yang serupa—tapi ia tidak melakukan hal itu di sini. Mengapakah ia memilih kata ennomos yang tidak umum, yang hanya muncul dua kali di dalam Perjanjian Baru (Kisah 19:39; 1 Kor. 9:21) dan sekali dalam LXX?
Perbedaan Antara Dua Perjanjian. Jawaban utama dapat ditemukan dalam sikap Paulus terhadap dua perjanjian yang membentuk subjek utama surat Galatia, yaitu, hukum Taurat dan injil. Yang pertama merupakan "kuk perhambaan" yang tak tertahankan (Gal. 5:1; lihat Kisah 15:10). Perjanjian yang belakangan, injil, adalah kuk pemuridan dari Yesus, yang Ia tawarkan kepada semua orang dalam undangan-Nya yang baik dan pengasih. Ia mengatakan bahwa "kuk-Nya enak" dan "beban-Nya ringan" (Mat. 11:28-30). Paulus telah mengalami sendiri paradoks ini, setelah ditunjukkan kasih karunia sebagai orang yang paling berdosa (1 Tim. 1:15; KJV). Ia telah dibebaskan dari beban dosanya sendiri. Oleh karena itu, ia mendesak gereja Galatia, "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan" (Gal. 5:1).
Meremehkan Perintah. Mengapakah Paulus memilih kata ennomos yang jarang digunakan ini untuk mengungkapkan hubungannya sendiri dengan Kristus? Tampaknya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa Paulus, dalam menggunakan ungkapan ennomos Christou dalam 1 Korintus 9:21, secara sengaja mau mengelak dari konsep "bawah" seperti itu untuk menggambarkan hubungannya dengan Tuhan Yesusnya yang pengasih dan murah hati. Dengan pilihan kata-katanya itu, rasul itu menghindari gagasan bahwa pelayanannya kepada Kristus adalah beban di bawah mana ia bekerja, karena ia berada di dalam hukum Kristus. Kita yakin bahwa "hukum" ini adalah perintah yang Tuhan kita anggap sebagai perintah utama dari semua hubungan mengenai manusia: perintah kasih. Kasih menonjol di dalam hukum Taurat (Ima. 19:18.); kasih juga mendominasi di dalam injil (Mat. 7:1245).
Perintah kasih yang utama, mendasar, mengendalikan setiap gerak hati Paulus dan memotivasi setiap pengorbanannya atas nama Tuannya yang pengasih. Bagaimanapun, Yesus telah menanggung penderitaan dan aib salib dan bahkan mengampuni dia, orang yang paling berdosa! Ia tidak lagi melayani kewajiban eksternal tetapi memiliki kasih yang melekat untuk Allah dan sesamanya manusia, ini telah diberikan kepada dia oleh Roh Allah sendiri yang menetap.
Pemuridan Kristus. Kasih yang kita bicarakan harus jangan ditafsirkan untuk membatalkan semua atau satu perintah Allah atau ajaran mana saja dari Tuhan seperti yang diungkapkan dalam injil dalam pengertiannya yang lebih luas (yaitu, dalam Perjanjian Baru). Kasih yang memotivasi murid Yesus bukan sekedar perasaan subjektif. Yesus jelas menugaskan para rasul-Nya untuk "jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat. 28:19, 20a). Bagi mereka melakukan kurang daripada itu akan menjadi ketidaktaatan dan akan membahayakan misi utama-Nya ke seluruh dunia. Kasih, kasih karunia, dan rahmat Allah bertujuan untuk mengubah kehendak kita terhadap perintah-perintah Allah, bukan untuk membebaskan kita untuk tidak menaati mereka.
Bahkan ketika kita memberikan upaya terbaik kita, kita membutuhkan semua kasih, kasih karunia, dan rahmat yang tersedia bagi kita dari hati Allah. Kita tahu bahwa, setelah melakukan "segala sesuatu yang ditugaskan," kita sama sekali tidak memperoleh atau berjasa apa-apa (Luk. 17:10). Kita juga tahu bahwa kasih-Nya adalah besar. Keselamatan adalah dan akan selalu oleh kasih karunia. Namun begitu, ajaran konsisten Perjanjian Baru adalah bahwa penghakiman akan sesuai dengan perbuatan kita.46
Paulus, terpikat oleh "hukum kasih" yang telah ia kenal di dalam Kristus Yesus, dengan memandang dirinya sebagai budak atau hamba Yesus (douvloß, doulos, 1:10; Rom. 1:1; Flp. 1:1). Bahkan sebagai budak, ia diselimuti dan dipeluk oleh "hukum Kristus." Untuk alasan itu, ia merdeka, sama seperti yang Yesus telah katakan kepada orang-orang Yahudi itu, "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka" (Yoh. 8:36).
W. Gutbrod menulis, "Itu mungkin saja ditanyakan apakah orang dibolehkan untuk tidak menerima pemahaman Kristen tentang no÷moß [nomos] yang menganggap perintah untuk mengasihi Allah dan sesama manusia sebagai Hukum Kristus dan oleh karena itu sebagai hukum Taurat dalam arti sebenarnya."47Tampaknya dengan pertimbangan ini pemikiran Gutbrod sangat dekat dengan Paulus tentang subjek itu. Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15). Yohanes, murid yang Ia kasihi menulis, "Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya" (1 Yoh. 2:3); "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat" (1 Yoh. 5:3). Kasih, kita percaya, tidak hanya mengungkapkan esensi "hukum Kristus" tetapi juga memberitahu kita mengapa kasih itu menggenapi semua tuntutan hukum Taurat dan para Nabi.48
BIS: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang
bukan Y
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah provinsi Roma di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Allah, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat Paulus Kepada Jemaat-jemaat di Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berhak disebut rasul Yesus Kristus. Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa panggilannya untuk menjadi rasul berasal dari Allah, bukan dari manusia. Juga bahwa tugasnya ditujukan terutama sekali kepada orang bukan Yahudi (pasal 1-2 Gal 1:1-2:21). Setelah itu Paulus membentangkan pendiriannya bahwa hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Allah (pasal 3-4 Gal 3:1-4:31). Di dalam pasal-pasal terakhir buku ini (pasal 5-6 Gal 5:1-6:18), Paulus menunjukkan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen karena ia percaya kepada Kristus, akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen.
Isi
- Pendahuluan
Gal 1:1-10 - Hak Paulus sebagai rasul
Gal 1:11-2:21 - Kabar Baik tentang rahmat Allah
Gal 3:1-4:31 - Kebebasan dan kewajiban orang Kristen
Gal 5:1-6:10 - Penutup
Gal 6:11-18
Ajaran: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah
hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 49 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Galatia. (Dan juga setiap orang Kristen/jemaat Kristen di seluruh dunia). Keadaan mereka sedang dibingungkan oleh orang-orang yang menjelek-jelekkan dan memfitnah Rasul Paulus; mereka juga mengajarkan Injil lain (ajaran sesat).
Isi Kitab: Kitab Galatia terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian Rasul Paulus, bahwa orang-orang Kristen hidup oleh iman, bukan oleh hukum, serta buah kehidupan Kristen timbul dari Roh, bukan dari daging.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Galatia
Pasal 1 (Gal 1:1-10).
Pengajaran tentang Injil yang benar
Dalam nats ini Rasul Paulus mengatakan bahwa hanya ada satu Injil di dunia ini, yaitu Injil Yesus Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 1:8-9. _Tanyakan_: Apa akibatnya bagi orang yang memberitakan Injil yang tidak benar?
Pasal 1-2 (Gal 1:11-2:21).
Pengajaran tentang riwayat hidup Rasul Paulus dan kerasulannya Dalam bagian ini, Rasul Paulus menceritakan siapa dirinya sebelum menjadi Rasul dan sesudah menjadi Rasul.
Pasal 3-4 (Gal 3:1-4:31).
Pengajaran tentang arti Injil Kristus yang benar
Dalam pasal-pasal ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan atas janji Allah kepada Abraham sebagai Bapa orang beriman dalam arti menjadi anak-anak Allah karena penebusan Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 3:6. _Tanyakan_: Mengapa Abraham dibenarkan Allah?
- Bacalah pasal Gal 3:26-27. _Tanyakan_: Apakah yang menjadikan orang-orang Kristen anak-anak Allah?
Pasal 5-6 (Gal 5:1-6:18).
Pengajaran tentang orang-orang Kristen hidup dalam kemerdekaan dari hukum Taurat
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa bila Yesus Kristus sudah membebaskan orang percaya dari Hukum Taurat, mengapa harus memberikan diri hidup di dalam perhambaan Hukum Taurat lagi.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 5:1-6,13-26. _Tanyakan_: Apakah yang terpenting bagi seorang Kristen? (lihat ayat 6; Gal 5:6). Bagaimanakah orang Kristen mempergunakan kemerdekaannya? (ayat 13-15; Gal 5:13-15). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah daging? (Gal 5:19-21). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah Roh? (Gal 5:22).
- Bacalah pasal Gal 6:11. _Tanyakan_: Apakah yang dihasilkan perbuatan manusia? Bagaimanakah perintah Allah tentang sikap orang Kriste terhadap sesamanya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Galatia ini, jelaslah kita lihat bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum Taurat lagi. Orang Kristen sudah merdeka dari perhambaan Hukum Taurat, sebab Injil Yesus Kristus lebih berkuasa daripada Hukum Taurat. Tetapi walaupun demikian orang Kristen tidaklah boleh mempergunakan kemerdekaannya itu dengan sembarangan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Galatia?
- Apakah isi pengajaran Kitab Galatia?
- Apakah arti kemerdekaan bagi orang Kristen?
- Mengapakah orang Kristen tidak berada di bawah perhambaan hukum Taurat?
Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia
Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.
Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia telah menyimpang dari pengertian yang benar tentang iman Kristen (Gal 1:6). Mereka dibingungkan oleh orang Kristen keturunan Yahudi yang ingin membebani mereka dengan kebiasaan sunat dan dengan menaati hukum-hukum Yahudi lainnya (Gal 3:1) yang mengatakan bahwa hanya dengan jalan ini mereka dapat menikmati hubungan istimewa dengan Allah. Paulus sangat yakin jika mereka bersandar pada hukum Yahudi dalam hubungan mereka dengan Allah, berarti mereka menyangkal inti Injil, yaitu bahwa hubungan Allah dengan manusia bergantung pada iman, bukan pada perbuatan. Dalam surat ini Paulus menjelaskan hubungannya dengan gereja di Yerusalem. Ia juga menerangkan tentang sifat kebebasan Kristen yang timbul apabila orang Kristen beriman terhadap Kristus dan bukan mencoba untuk menyenangkan Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
PENULIS DAN PEMBACANYA.
1. Penulis: Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus (Gal 1:1), berisi inti ajaran tentang iman. Argumentasinya yang kuat mengungkapkan kepribadiannya dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang pengkhotbah dan orang yang tidak takut untuk berpendirian. Surat ini memberikan kepada kita gambaran rinci mengenai kehidupannya yang tidak disebut dalam tulisannya yang lain.
2. Pembacanya: Paulus telah berkhotbah kepada pembacanya (Gal 1:8, 9; 4:13) dan mereka menikmati hubungan yang akrab (Gal 4:15). Beberapa orang mengatakan bahwa ia menulis kepada orang Kristen di Galatia Utara (Asia Kecil) yang berbangsa Gaul, yang dikunjungi oleh Paulus dalam perjalanan misionarisnya yang kedua. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa ia menulis untuk orang di propinsi Galatia Selatan yang dikuasai orang Romawi (termasuk Antiokhia, Ikonum, Derbe dan Listra) yang telah dikunjungi oleh Paulus pada perjalanan misionarisnya yang pertama.
WAKTU PENULISAN.
Kapan surat ini ditulis tergantung pada kepada siapa surat ini ditulis. Kebanyakan orang percaya bahwa surat ini ditulis untuk Galatia Selatan dan ini berarti bahwa surat ini ditulis pada sekitar tahun 48 M. Jika surat ini untuk Galatia Utara maka ditulis lebih belakang, tetapi ini masih termasuk dalam surat-surat yang paling awal dalam Perjanjian Baru.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Surat ini merupakan surat perjuangan. Paulus menolak untuk berkompromi, ia menulis dalam bahasa yang keras untuk mendukung tema utamanya dengan memakai berbagai argumentasi yang berbeda.
2. Surat ini merupakan surat kasih, karena ditulis dengan penuh perhatian dan kekuatiran dari seorang gembala yang besar.
3. Surat ini singkat, dianggap 'sebuah garis besar' dari surat Roma yang pesannya sama, namun dikembangkan lebih luas dan ditujukan bagi situasi yang tidak terlalu buruk.
4. Surat ini merupakan surat yang memberi kesan yang dalam dan berisi ajaran-ajaran yang mudah diingat, misalnya Gal 2:20; 5:1, 5:22, 23; 6:14.
Pesan
1. Hukum Taurat merupakan jalan buntu.Keprihatinan utama Paulus ialah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak mungkin
dibenarkan di hadapan Allah melalui perbuatan baik atau menaati hukum Taurat.
Hukum Taurat:
o Tidak membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16
o Bertentangan dengan cara Kristus. Gal 2:19;5:4
o Tidak dapat memberikan Roh Kudus. Gal 3:2, 5; 5:18
o Hanya menghasilkan kutuk. Gal 3:10-14
o Merupakan interupsi sementara dalam rencana jangka panjang Allah. Gal 3:17
o Mempunyai suatu maksud. Gal 3:21-29
o Membebankan tuntutan kepada manusia. Gal 5:3
o Mudah diringkas. Gal 5:14
2. Iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
Tujuan utama Kristus adalah untuk membuat supaya iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
o Iman membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16; 3:11
o Kristen harus terus melatih iman. Gal 2:20;3:3
o Roh Kudus datang melalui iman. Gal 3:2, 5,14
o Sejarah panjang dari iman. Gal 3:6-9
o Akibat kedatangan iman. Gal 3:22-26
o Cara iman memperlihatkan dirinya. Gal 5:6
o Kristen membentuk'kekeluargaan dalam iman'. Gal 6:10
3. Yesus berarti kemerdekaan.
o Yesus membawa kemerdekaan dari penindasan hukum Taurat. Gal 3:1-4:7
o Tradisi besar kemerdekaan. Gal 4:21-31
o Kemerdekaan perlu dijaga. Gal 5:1
o Cara yang benar dan salah untuk menyatakan kemerdekaan. Gal 5:13-6:10
Penerapan
Masalah sunat bukan lagi menjadi bahan perdebatan yang hangat dewasa ini, tetapi pesan Paulus masih relevan:
1. Bagi orang Kristen legalls.
Banyak orang masih berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk dapat dibenarkan di hadapan Allah bergantung kepada berapa banyak peraturan yang ditaatinya dan seberapa terhormatnya dia. Paulus menunjukkan bahwa yang penting adalah iman, bukan perbuatan.
2. Bagi orang Kristen yang prinsip hidupnya kendur.
Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus tidak berarti bahwa seorang Kristen boleh bertindak semaunya. Hidupnya tidak boleh didasari oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri dan hawa nafsunya. Ia mempunyai tanggung jawab baru untuk menyatakan buah Roh di dalam sifat, tingkah laku dan hubungan-hubungannya dengan orang lain.
Surat ini juga mengajar kepada kita tentang dua masalah penting lainnya:
1. Tentang doktrin Kristen.
Gereja tidak mempunyai wewenang untuk mempercayai apa saja yang disukainya atau secara bebas menentukan doktrinnya sendiri. Kebenaran Kristen sudah diungkapkan oleh Allah dan tidak dapat diganggu gugat. Paulus menekankan bahwa mempercayai sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah Allah ungkapkan itu berbahaya, karena hal itu bukan saja tidak benar tetapi juga akan membawa kepada penghukuman. Kebenaran itu sudah diatur oleh para rasul dan juga dalam Galatia, Paulus menekankan mengenai wewenang kerasulannya.
2. Tentang kesatuan Alkitab.
Banyak orang percaya bahwa hanya terdapat sedikit hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan mereka berbicara tentang dua Allah dengan dua tuntutan berbeda terhadap manusia. Paulus menunjukkan bahwa Allah hanya satu dan terdapat suatu kesatuan dalam seluruh isi Alkitab.
Tema-tema Kunci
Selain satu pesan utama Paulus, terdapat pemikiran-pemikiran lainnya.
1. Daging.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa cara yang berbeda. Sebutkan! Gal 1:16; 2:20; 3:3; 4:23, 29; 5:13, 16, 17, 19, 24; 6:8, 12, 13.
2. Perhambaan.
Demikianlah Paulus menggambarkan keadaan manusia sebelum mereka menjadi Kristen. Apa masalahnya sekarang? Gal 4:8; 2:4.
3. Salib.
Untuk kebanyakan orang salib merupakan gangguan (Gal 5:11; 6:12) tetapi untuk Paulus salib merupakan alasan untuk bermegah (Gal 6:14). Apalagi hal lainnya yang ditulisnya tentang kematian Yesus?
4. Anak Allah.
Ini merupakan gambaran dari seorang Kristen yang paling disukainya. Panggilan itu merupakan kebalikan dari menjadi seorang hamba. Bagaimana Paulus menggambarkan hak-hak istimewa menjadi seorang anak Allah? Gal 3:7, 26; 4:5, 6, 22.
5. Roh Kudus.
Galatia penuh dengan referensi tentang Roh Kudus. Carilah dalam ayat-ayat di bawah ini dan kelompokkan ayat-ayat itu di bawah tema-tema pokok dalam ajaran Paulus mengenai Roh Kudus.
Tema-tema itu adalah: menerima Roh; menghasilkan buah-buah Roh; berjalan dan hidup dalam Roh. Gal 3:2, 3, 5, 14; 4:6; 5:16, 17, 18, 22, 25; 6:1, 8, 18.
Garis Besar Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) [1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2Rasul dan para pembacanya
Gal 1:3-5Salam Paulus
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJ
[1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2 | Rasul dan para pembacanya |
Gal 1:3-5 | Salam Paulus |
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJUANNYA Gal 1:6-10
Gal 1:6 | Keprihatinannya |
Gal 1:7-9 | Keyakinannya |
Gal 1:10 | Motivasinya |
[3] PAULUS MENERANGKAN KESAKSIANNYA DENGAN SINGKAT Gal 1:11-2:21
Gal 1:11-12 | Sumber ajarannya |
Gal 1:13-17 | Kisah panggilannya |
Gal 1:18-2:10 | Hubungannya dengan Yerusalem |
Gal 2:11-14 | Perdebatannya dengan Petrus |
Gal 2:15-21 | Pengertiannya tentang Injil |
[4] PAULUS MENGEMBANGKAN ARGUMENTASINYA Gal 3:1-4:31
Gal 3:1-5 | Pengalaman orang Galatia |
Gal 3:6-9 | Contoh dari Abraham |
Gal 3:10-14 | Kutuk hukum Taurat |
Gal 3:15-18 | Keuntungan dari janji hukum Taurat |
Gal 3:19-29 | Maksud hukum Taurat |
Gal 4:1-11 | Sifat Keanakan |
Gal 4:12-20 | Imbauan pribadi |
Gal 4:21-31 | Dua macam 'anak' |
[5] PAULUS MENJELASKAN TENTANG KEMERDEKAAN KRISTEN Gal 5:1-6:10
Gal 5:1 | Jangan mau lagi diperhamba |
Gal 5:2-6 | Bebas dari sunat |
Gal 5:7-12 | Imbauan pribadi lainnya Bagaimana menggunakan kemerdekaan: kasih |
Gal 5:16-21 | Apa yang bukan kemerdekaan |
Gal 5:22-24 | Apa kemerdekaan itu |
Gal 5:25-6:10 | Kemerdekaan dan hubungan hubungan kita |
[6] PAULUS MENANDATANGANI SURATNYA
Gal 6:11-15 | Paulus menggarisbawahi pokok ajarannya |
Gal 6:16-18 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi